Oleh: Mochamad Bugi & Aus Hidayat
Islam
adalah agama yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul. Dimulai dari Nabi
Adam a.s. dan Nabi Muhammad saw. menjadi penutup seluruh risalah. Allah
swt. menegaskan hal ini melalui lisan para nabi. Misalnya dari lisan
Nabi Nuh a.s. sendiri kita mendapat informasi bahwa Allah menyuruhnya
menjadi muslim. “… dan aku disuruh supaya tergolong menjadi orang-orang
yang berserah diri kepada Allah (muslim).” (Yunus: 72)
Islam Agama Para Nabi dan Rasul
Islam
adalah agama yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul. Dimulai dari Nabi
Adam a.s. dan Nabi Muhammad saw. menjadi penutup seluruh risalah. Allah
swt. menegaskan hal ini melalui lisan para nabi. Misalnya dari lisan
Nabi Nuh a.s. sendiri kita mendapat informasi bahwa Allah menyuruhnya
menjadi muslim. “… dan aku disuruh supaya tergolong menjadi orang-orang
yang berserah diri kepada Allah (muslim).” (Yunus: 72)
Hal
yang sama juga keluar dari lisan Nabi Ibrahim dan Isma’il. “Ya Rabb
kami, jadikanlah kami berdua sebagai orang-orang yang berserah diri
kepada-Mu (muslim)….” (Al-Baqarah: 128).
Dan,
agama Islam-lah yang diwasiatkan Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya. “Hai
anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama (Islam) untukmu,
maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaaan tetap memeluk agama
Islam.” (Al-Baqarah: 132).
Nabi
Musa a.s. pun menekankan hal yang sama kepada para pengikutnya. “… maka
hendaklah hanya kepada-Nya kamu bertawakal jika kamu benar-benar muslim
(orang yang berserah diri kepada-Nya).”
Karena
itu tak heran jika Nabi Yusuf a.s. sangat berharap mati dalam keadaan
Islam. “… wafatkanlah aku sebagai seorang muslim, dan gabungkan aku
bersama orang-orang yang shalih.” (Yusuf: 10).
Itu
juga yang diminta diminta para ahli sihir Fir’aun yang bertaubat dan
beriman kepada Allah saat kalah melawan Musa a.s. lalu dihukum salib
oleh Fir’aun. “Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan
wafatkanlah kami dalam keadaan Islam (berserah diri sepenuhnya
kepada-Mu).” (Al-A’raf: 126).
Hawariyin
(pengikut setia Nabi Isa a.s.) pun menegaskan identitas keimanan mereka
sebagai orang Islam. “Kami beriman kepada Allah dan kami bersaksi
sesungguhnya kami adalah muslim (orang-orang yang berserah diri).” (Ali
Imran: 52).
Ratu
Saba’ menegaskan hal yang sama bahwa ia telah beriman kepada Allah dan
telah menjadi seorang muslimah. Wa aslamtu ma’a Sulaiman lillahi rabbil
alamiin “… dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb
semesta alam.” (An-Naml: 44)
Rasulullah
saw. menegaskan bahwa agama para nabi dan rasul adalah satu: Islam.
“Nabi-nabi itu bersaudara lain ibu. Ibunya berbeda-beda, tetapi agamanya
satu,” begitu kata beliau.
Wa
diinuhum waahidan yang dikatakan Rasulullah saw. adalah sesuai dengan
apa yang ditegaskan oleh Allah swt. dalam Al-Qur’an. “Dia telah
mensyariatkan agama kepadamu, sebagaimana yang diwasiatkan-Nya kepada
Nuh, dan yang telah diwahyukan kepadamu dan Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kamu
bercerai-berai di dalamnya….” (Asy-Syura: 13).
Makna Islam
Islam
adalah menyerahkan diri kepada Allah swt. dengan menerima segala
perintah, larangan, dan kabar-Nya yang terdapat dalam wahyu. Siapa yang
menyerahkan wajah, hati, dan anggota badannya kepada Allah swt. dalam
semua aspek kehidupan, maka ia adalah seorang muslim.
Para
nabi dan rasul adalah orang-orang muslim terdepan yang paling
menyerahkan diri kepada Allah swt. “Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb alam semesta. Tidak ada
sekutu bagi-Nya, dan dengan itu aku diperintahkan, dan aku adalah
orang-orang Islam pertama,” begitu senandung mereka. (lihat Al-An’am:
162-163 dan lihat juga Al-A’raf: 143).
Tidak
menyerahkan diri secara total kepada Allah swt. dan tidak menerima
hukum-hukum-Nya untuk diaplikasikan dalam kehidupan, kita belum dianggap
Islam. Hal ini termaktub dalam pernyataan Allah swt. Al-Qur’an ketika
ada yang menolak Rasulullah menerapkan hukum seperti yang telah Allah
tetapkan. “Maka demi Rabb-mu, nereka tidak beriman (sebenarnya) hingga
mereka menjadikan kamu hakim untuk memutuskan perselisihan di antara
mereka, kemudian mereka tidak merasa dalam dirinya keberatan dalam
putusanmu, dan mereka menerima dengan sepenuh hati.” (An-Nisa: 65).
Hukum-hukum
Allah hanya dapat diketahui dengan perantara wahyu yang sampai kepada
kita melalui para rasul yang jujur. Jika manusia punya logika yang
jernih, tidak ada alasan baginya untuk tidak menerima dan melaksanakan
hukum-hukum Allah. Sebab, Allah yang menciptakan kita. Sudah seharusnya
kita tunduk dan patuh kepada Sang Pencipta. Konsekuensi menjadi hamba
adalah mentaati peraturan yang ditetapkan oleh Allah swt. Dan, sudah
pasti aturan-aturan itu adalah kaidah-kaidah yang sesuai dengan
karakteristik kita sebagai manusia karena dibuat oleh Allah Yang
Mengetahui segala sesuatu lagi Maha Bijaksana.
Nabi Diutus ke Semua Umat
Kedamaian
hidup manusia sangat ditentukan oleh penyerahan dirinya secara total
kepada Allah swt. Karena itu, Allah tidak membiarkan satu umat pun tanpa
didatangi rasul. “… dan setiap umat mempunyai seorang pemberi
peringatan” (Al-Fathir: 24). “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada setiap umat (yang menyeru) sembahlah Allah (saja) dan jauhilah
thaghut…” (An-Nahl: 36). “Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul pun
melainkan dengan bahasa mereka, agar ia dapat memberi penjelasan yang
terang kepada mereka…” (Ibrahim: 4).
Rasululah
saw. pernah menjelaskan kedudukan umatnya terhadap umat-umat nabi
sebelumnya. Kata beliau, “Kamu sekalian menyempurnakan 70 umat, dan kamu
adalah yang sebaik-baik dan semulia-mulia umat di sisi Allah.”
(Tirmidzi).
Jadi,
sangat keliru jika ada yang berasumsi bahwa para rasul hanya diutus
kepada umat tertentu saja dan di kawasan lain tidak pernah diutus rasul.
Sebab, secara tegas Allah menyatakan kepada semua umat manusia telah
sampai risalah dan ada rasul di antara mereka. Hanya saja kita tidak
boleh gegagah menyatakan bahwa si A adalah rasul yang diutus Allah untuk
orang-orang Persia, si B nabi untuk orang Cina, si C untuk orang India;
si D nabi penduduk asli pedalaman Amerika; kecuali ada wahyu yang
mengabarkannya kepada kita.
Apakah
Zaratusta nabi untuk orang Persia kuno? Tidak ada nash yang menerangkan
hal itu kepada kita. Tapi, kita yakin bahwa orang-orang Persia kuno
pernah punya rasul yang memberi peringatan kepada mereka. Hanya saja,
kata Ibnu Abbas, “Ketika nabi yang diutus kepada penduduk Persia wafat,
Iblis menulis (mengajarkan) agama Majusi kepada mereka.” (Abu Dawud.
Lihat Jami’ul Ushul).
Islam Untuk Seluruh Manusia
Kata
Islam punya dua makna. Pertama, nash (teks) wahyu yang menjelaskan din
(agama) Allah. Kedua, Islam merujuk pada amal manusia, yaitu keimanan
dan ketundukan manusia kepada nash (teks) wahyu yang berisi ajaran din
(agama) Allah.
Berdasarkan
makna pertama, Islam yang dibawa satu rasul berbeda dengan yang dibawa
rasul lainnya, dalam hal keluasan dan keuniversalannya. Meskipun
demikian dalam permasalah fundamental dan prinsip tetap sama. Islam yang
dibawa Nabi Musa lebih luas dibandingkan yang dibawa Nabi Nuh. Karena
itu, tak heran jika Al-Qur’an pun menyebut-nyebut tentang Taurat.
Misalnya di ayat 145 surat Al-A’raf. Dan telah Kami tuliskan untuk Musa
di Luh-luh (Taurat) tentang segala sesuatu sebagai peringatan dan
penjelasan bagi segala sesuatunya.…
Islam
yang dibawa Nabi Muhammad lebih luas lagi daripada yang dibawa oleh
nabi-nabi sebelumnya. Apalagi nabi-nabi sebelumnya diutus hanya untuk
kaumnya sendiri. Nabi Muhammad diutus untuk seluruh umat manusia. Oleh
karena itu, Islam yang dibawanya lebih luas dan menyeluruh. Tak heran
jika Al-Qur’an bisa menjelaskan dan menunjukkan tentang segala sesuatu
kepada manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab sebagai penjelas
segala sesuatu. (An-Nahl: 89)
Dengan
kesempurnaan risalah Nabi Muhammad saw., sempurnalah struktur kenabian
dan risalah samawiyah (langit). Kita yang hidup setelah Nabi Muhammad
diutus, telah diberi petunjuk oleh Allah tentang semua tradisi para nabi
dan rasul yang sebelumnya. Allah swt. menyatakan hal ini di Al-Qur’an.
Mereka orang-orang yang telah diberikan petunjuk oleh Allah, maka
ikutilah petunjuk mereka. (Al-An’am: 90). Dan kamu diberi petunjuk
tentang sunah-sunah orang-orang yang sebelum kamu. (An-Nisa: 20)
Sedangkan
tentang telah sempurnanya risalah agama-Nya, Allah menyatakan dalam
surat Al-Maidah ayat 3. Pada Hari ini telah Aku sempurnakan bagimu
agamamu, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku, dan Aku ridha Islam
sebagai agama bagimu sekalian….
Rasulullah
saw. menjelaskan bahwa risalah yang dibawanya adalah satu kesatuan
dengan risalah yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. “Perumpamaanku dan
perumpamaan nabi-nabi sebelumku ibarat orang yang membangun sebuah
rumah. Ia memperindah dan mempercantik rumah itu, kecuali letak batu
bata pada salah satu sisi bangunannya. Kemudian manusia mengelilingi dan
mengagumi rumah itu, lalu mengatakan: ‘Alangkah indah jika batu ini
dipasang!’ Aku adalah batu bata tersebut dan aku adalah penutup para
nabi,” begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari dan Muslim)
Agama Selain Islam Ditolak
Sempurna
dan lengkapnya risalah agama langit yang Allah proklamasikan pada haji
wada’ dengan ayat 3 surat Al-Maidah –yang juga sebagai wahyu terakhir
turun–, mengharuskan seluruh manusia tunduk pada Islam. Semua syariat
yang terdahulu dengan sendirinya mansukh (terhapus). Dan, tidak akan ada
lagi syariat baru sesudah risalah yang dibawa Nabi Muhammad. Risalah
dan kenabian telah ditutup dengan diutusnya Nabi Muhammad. ….tetapi ia
(Nabi Muhammad) sebagai utusan Alah dan penutup nabi-nabi… (Al-Ahzab:
40). Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua.” (Al-A’raf: 158). Dan Kami tidak mengutus kamu kecuali
untuk seluruh manusia sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan. (Saba: 28). Dan tidaklah Kami mengutusmu, kecuali untuk
menjadi rahmat bagi seluruh alam. (Al-Anbiya’: 107).
Karenanya,
Dan barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan
diterima (agama itu) daripadanya. (Ali Imran: 85). Sebab, sesungguhnya
agama yang diridhai Allah adalah Islam. (Ali Imran: 19).
Maka,
siapa saja yang tidak mengikuti ajaran Nabi Muhammad, ia akan celaka
dan menjadi orang yang sesat. Kata Rasulullah saw., “Demi Dzat yang
diriku dalam genggaman-Nya, tidak seorang pun dari umat ini, baik Yahudi
atau Nasrani, mendengar (berita kerasulan)-ku, kemudian ia tidak
beriman kepada apa yang aku bawa, kecuali ia sebagai ahli neraka.”
(Muslim)
Allah
menegaskan dalam Al-Qur’am, “Barangsiapa menentang Rasul sesudah nyata
petunjuk baginya dan mengikuti bukan jalan orang-orang mukmin, niscaya
Kami angkat dia menjadi pemimpin apa yang dipimpinnya dan Kami masukkan
ke dalam neraka jahanam. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa:
115).
Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasu-Nya dan hendak
membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan Rasul-Nya, mereka berkata,
kami beriman kepada setengah (Rasul) dan kafir kepada yang lain, dan
mereka hendak mengambil jalan tengah (netral) antara yang demikian itu.
Mereka itu ialah orang-orang kafir yang sebenarnya, dan Kami sediakan
untuk orang-orang kafir itu siksaan yang menghinakan (An-Nisa:150-151).
Risalah
yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad telah banyak dilupakan,
diselewengkan, diubah, dan ajarannya yang haq telah dihapus. Sehingga,
melekatlah kebatilan di kalangan para pemeluknya, baik dalam masalah
akidah, ibadah, dan perilakunya. Sementara, Islam adalah agama yang
sumber ajarannya, Al-Qur’an dan Hadits, terjaga keshahihannya. Sanadnya
tersambung kepada Rasulullah saw. Apakah ada pilihan bagi kita yang
ingin berislam kepada Allah swt selain dengan mengikuti risalah yang
dibawa Nabi Muhammad? Tentu saja tidak.
Allah
berfirman, “Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu seorang
Rasul Kami, yang menerangkan (syariat Kami) kepadamu ketika rasul-rasul
telah putus supaya kamu tidak berkata, ‘Tidak datang kepada kami pemberi
kabar gembira dan tidak pula memberi peringatan.’ Allah MahaTahu atas
segala sesuatu.” (Al_maidah: 19)
Sumber Ajaran Islam
Isi
ajaran Islam yang diserukan Nabi Muhammad dapat diketahui dari
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang telah diakui keabsahannya oleh para ulama
hadits. Islam yang dibawa Nabi Muhammad merupakan hidayah yang sempurna
bagi seluruh umat manusia. Allah menurunkan Islam ini secara sempurna
dan menyeluruh sehingga tidak ada satu persoalan pun yang menyangkut
kehidupan manusia yang tidak diatur. Islam memuat aspek hukum
–halal-haram, mubah-makruh, fardhu-sunnah—juga menyangkut masalah
akidah, ibadah, politik, ekonomi, perang, damai, perundangan, dan semua
konsep hidup manusia.
Begitulah
yang Allah katakan tentang Al-Qur’an. Dan Kami turunkan kepadamu
Al-Kitab sebagai penjelas segala sesuatu. (An-Nahl: 89). Dan sebagai
pemerinci terhadap segala sesuatu. (Al-A’raf: 145)
Sedangkan
yang belum dijelaskan secara gamblang dan rinci dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah, dapat diketahui dengan jalan pengambilan hukum oleh para
mujtahid umat Islam (istimbath).
Kitab
dan Sunah telah menjelaskan semua persoalan yang terkait dengan akidah,
ibadah, ekonomi, sosial kemasyarakatan, perang dan damai,
perundang-undangan dan kehakiman, ilmu, pendidikan dan kebudayaan, serta
hukum dan pemerintahan. Para ahli fiqh membuat klasifikasi ajaran Islam
ke dalam persoalan akidah, ibadah, akhlak, muamalah, dan uqubah (sanksi
hukum).
Yang
termasuk dalam urusan akidah adalah masalah hukum dan pemerintahan.
Masalah akhlak adalah masalah tata karma. Sedangkan yang masuk ke dalam
urusan ibadah adalah masalah shalat, zakat, puasa, haji, dan jihad.
Muamalah menyangkut urusan transaksi keuangan, nikah dna segala
persoalannya, soal-soal konflik, amanah dan harta warisan. Sedangkan
yang masuk dalam kategori uqubah adalah persoalan qishash, hukuman bagi
pencuri, pezina, tuduhan zina, dan murtad.
Arti Nama Islam
Di
antara keistimewaan agama Islam adalah namanya. Berbeda dengan agama
lain, nama agama ini bukan berasal dari nama pendirinya atau nama tempat
penyebarannya. Tapi, nama Islam menunjukkan sikap dan sifat pemeluknya
terhadap Allah.
Yang
memberi nama Islam juga bukan seseorang, bukan pula suatu masyarakat,
tapi Allah Ta’ala, Pencipta alam semesta dan segala isinya. Jadi, Islam
sudah dikenal sejak sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw. dengan nama
yang diberikan Allah.
Islam berasal dari kata
salima yuslimu istislaam –artinya tunduk atau patuh– selain yaslamu
salaam –yang berarti selamat, sejahtera, atau damai. Menurut bahasa
Arab, pecahan kata Islam mengandung pengertian: islamul wajh (ikhlas
menyerahkan diri kepada Allah), istislama (tunduk secara total kepada
Allah), salaamah atau saliim (suci dan bersih), salaam (selamat
sejahtera), dan silm (tenang dan damai). Semua pengertian itu digunakan
Alquran seperti di ayat-ayat berikut ini.
وَمَنْ
أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ
وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ
خَلِيلًا
Dan
siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan,
dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim
menjadi kesayangan-Nya. (An-Nisa’: 125)
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Maka
apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan. (Ali Imran: 83)
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Asy-Syu’araa’: 89)
وَإِذَا
جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ
كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ
سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ
Apabila
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami itu datang kepadamu,
Maka Katakanlah: “Salaamun alaikum (Mudah-mudahan Allah melimpahkan
kesejahteraan atas kamu).” Tuhanmu Telah menetapkan atas Diri-Nya kasih
sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara
kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya
dan mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (Al-An’am: 54)
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
Janganlah
kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun
bersamamu dan dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
(Muhammad: 35)
Sementara
sebagai istilah, Islam memiliki arti: tunduk dan menerima segala
perintah dan larangan Allah yang terdapat dalam wahyu yang diturunkan
Allah kepada para Nabi dan Rasul yang terhimpun di dalam Alquran dan
Sunnah. Manusia yang menerima ajaran Islam disebut muslim. Seorang
muslim mengikuti ajaran Islam secara total dan perbuatannya membawa
perdamaian dan keselamatan bagi manusia. Dia terikat untuk mengimani,
menghayati, dan mengamalkan Alquran dan Sunnah.
Kalimatul
Islam (kata Al-Islam) mengandung pengertian dan prinsip-prinsip yang
dapat didefinisikan secara terpisah dan bila dipahami secara menyeluruh
merupakan pengertian yang utuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar