=====
Apalagi bila yang dijadikan tebusan adalah "Seseorang yang dianggap Jelmaan Tuhan" Betapa sesatnya pemikiran tersebut ?
Tuhan tidak akan menerima suap ataupun tebusan...
QS 2:123
وَاتَّقُوا يَوْمًا لَّا تَجْزِي نَفْسٌ عَن نَّفْسٍ شَيْئًا وَلَا
يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا تَنفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ
[٢:١٢٣]
Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang
tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikitpun dan tidak akan
diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat
sesuatu syafa'at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong.
QS 3:91
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَن يُقْبَلَ مِنْ
أَحَدِهِم مِّلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَىٰ بِهِ ۗ أُولَٰئِكَ
لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ [٣:٩١]
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam
kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka
emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang
sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali
mereka tidak memperoleh penolong.
﴿٩١﴾
MAHA BENAR ALLAH DENGAN SEGALA FIRMAN NYA
=====
MASALAH TEBUSAN HANYA TERDAPAT DI DALAM HADIST NABI, ITUPUN HANYALAH
PENGHINAAN BAGI ORANG-ORANG KAFIR YANG KELAK AKAN DIJADIKAN PENEBUS BAGI
ORANG-ORANG YANG BERIMAN
صحيح مسلم ٤٩٦٩: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ
بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ
يَحْيَى عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ
دَفَعَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى كُلِّ مُسْلِمٍ يَهُودِيًّا أَوْ
نَصْرَانِيًّا فَيَقُولُ هَذَا فِكَاكُكَ مِنْالنَّارِ
Shahih Muslim 4969:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Pada hari
kiamat kelak, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menyerahkan seorang Yahudi
ataupun seorang Nasrani kepada setiap orang muslim. Kemudian Allah
Subhanahu wa Ta'ala akan berkata; 'Inilah penebusmu dari siksa api
neraka.
=====
Allah menjadikan orang-orang kafir kelak
sebagai penebus atau tebusan, bukanlah berarti Allah mau menebus kepada
siapa-siapa, Orang kafir yang menjadi tebusan tersebut lah yang akan
menebus dosa-dosa umat Islam kepada Allah. Agar lalu Umat Islam
dibebaskan dari dosa-dosanya, lalu diampuni oleh Allah, dikeluarkan dari
neraka lalu dimasukkan kedalam Surga.
Hadis tersebut bahkan
sudah menjawab sendiri apa yang ditanyakan...yg menebus bukanlah Allah,
tetapi menjadikan orang kafir sebagai tebusan. Kepada siapa ? kepada
hukuman Allah, yaitu api neraka ?
Jadi Allah lah yang akan
menjadikan orang-orang kafir sebagai tebusan atau penebus bagi umat
Islam terhadap siksa api neraka. Hal ini bahkan sangatlah kontras dengan
keyakinan kristen bahwa tebusan tersebut adalah Tuhan itu sendiri
dengan cara Disalibkan hingga kematiannya, sebagai tebusan kepada Iblis ?
=====
PENEBUS DOSA SESUNGGUHNYA ADALAH IBADAH KEPADA ALLAH, DAN BERBUAT KEBAJIKAN YANG MENGHARAPKAN AMPUNAN DAN RAHMAT ALLAH SWT
صحيح مسلم ٣٣٥: حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَحَجَّاجُ بْنُ
الشَّاعِرِ كِلَاهُمَا عَنْ أَبِي الْوَلِيدِ قَالَ عَبْدٌ حَدَّثَنِي
أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ سَعِيدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ
سَعِيدِ بْنِ الْعَاصِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ
عُثْمَانَ
فَدَعَا بِطَهُورٍ فَقَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ
صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا
إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنْ الذُّنُوبِ مَا لَمْ
يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
Shahih Muslim 335:
Ishaq bin Sa'id bin Amru bin Sa'id bin al-Ash telah menceritakan
kepadaku bapakku dari bapaknya dia berkata, "Kami berada di sisi Utsman,
lalu dia meminta air wudlu seraya berkata, 'Aku mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim
didatangi shalat fardlu, lalu dia membaguskan wudlunya dan khusyu'nya
dan shalatnya, melainkan itu menjadi penebus dosa-dosanya terdahulu,
selama dia tidak melakukan dosa besar. Dan itu (berlaku) pada seluruh
zaman'."
=====
SEMENTARA ORANG KRISTEN MENJADIKAN YESUS SEBAGAI TEBUSAN, LALU MEREKA MERASA NYAMAN DAN KELAK BISA "R I P"
Galatia 3
(13) Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan
menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang
digantung pada kayu salib!"
Efesus 5
(2) dan hiduplah di
dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan
telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban
yang harum bagi Allah.
=====
AGAMA ISLAM
Hanya agama Islamlah yang diterima disisi Tuhan
Daftar Blog Saya
27 April 2014
4 Juli 2013
MENGENAL ISLAM
Oleh: Mochamad Bugi & Aus Hidayat
Islam
adalah agama yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul. Dimulai dari Nabi
Adam a.s. dan Nabi Muhammad saw. menjadi penutup seluruh risalah. Allah
swt. menegaskan hal ini melalui lisan para nabi. Misalnya dari lisan
Nabi Nuh a.s. sendiri kita mendapat informasi bahwa Allah menyuruhnya
menjadi muslim. “… dan aku disuruh supaya tergolong menjadi orang-orang
yang berserah diri kepada Allah (muslim).” (Yunus: 72)
Islam Agama Para Nabi dan Rasul
Islam
adalah agama yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul. Dimulai dari Nabi
Adam a.s. dan Nabi Muhammad saw. menjadi penutup seluruh risalah. Allah
swt. menegaskan hal ini melalui lisan para nabi. Misalnya dari lisan
Nabi Nuh a.s. sendiri kita mendapat informasi bahwa Allah menyuruhnya
menjadi muslim. “… dan aku disuruh supaya tergolong menjadi orang-orang
yang berserah diri kepada Allah (muslim).” (Yunus: 72)
Hal
yang sama juga keluar dari lisan Nabi Ibrahim dan Isma’il. “Ya Rabb
kami, jadikanlah kami berdua sebagai orang-orang yang berserah diri
kepada-Mu (muslim)….” (Al-Baqarah: 128).
Dan,
agama Islam-lah yang diwasiatkan Nabi Ya’qub kepada anak-anaknya. “Hai
anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama (Islam) untukmu,
maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaaan tetap memeluk agama
Islam.” (Al-Baqarah: 132).
Nabi
Musa a.s. pun menekankan hal yang sama kepada para pengikutnya. “… maka
hendaklah hanya kepada-Nya kamu bertawakal jika kamu benar-benar muslim
(orang yang berserah diri kepada-Nya).”
Karena
itu tak heran jika Nabi Yusuf a.s. sangat berharap mati dalam keadaan
Islam. “… wafatkanlah aku sebagai seorang muslim, dan gabungkan aku
bersama orang-orang yang shalih.” (Yusuf: 10).
Itu
juga yang diminta diminta para ahli sihir Fir’aun yang bertaubat dan
beriman kepada Allah saat kalah melawan Musa a.s. lalu dihukum salib
oleh Fir’aun. “Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan
wafatkanlah kami dalam keadaan Islam (berserah diri sepenuhnya
kepada-Mu).” (Al-A’raf: 126).
Hawariyin
(pengikut setia Nabi Isa a.s.) pun menegaskan identitas keimanan mereka
sebagai orang Islam. “Kami beriman kepada Allah dan kami bersaksi
sesungguhnya kami adalah muslim (orang-orang yang berserah diri).” (Ali
Imran: 52).
Ratu
Saba’ menegaskan hal yang sama bahwa ia telah beriman kepada Allah dan
telah menjadi seorang muslimah. Wa aslamtu ma’a Sulaiman lillahi rabbil
alamiin “… dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb
semesta alam.” (An-Naml: 44)
Rasulullah
saw. menegaskan bahwa agama para nabi dan rasul adalah satu: Islam.
“Nabi-nabi itu bersaudara lain ibu. Ibunya berbeda-beda, tetapi agamanya
satu,” begitu kata beliau.
Wa
diinuhum waahidan yang dikatakan Rasulullah saw. adalah sesuai dengan
apa yang ditegaskan oleh Allah swt. dalam Al-Qur’an. “Dia telah
mensyariatkan agama kepadamu, sebagaimana yang diwasiatkan-Nya kepada
Nuh, dan yang telah diwahyukan kepadamu dan Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu: tegakkanlah agama dan janganlah kamu
bercerai-berai di dalamnya….” (Asy-Syura: 13).
Makna Islam
Islam
adalah menyerahkan diri kepada Allah swt. dengan menerima segala
perintah, larangan, dan kabar-Nya yang terdapat dalam wahyu. Siapa yang
menyerahkan wajah, hati, dan anggota badannya kepada Allah swt. dalam
semua aspek kehidupan, maka ia adalah seorang muslim.
Para
nabi dan rasul adalah orang-orang muslim terdepan yang paling
menyerahkan diri kepada Allah swt. “Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb alam semesta. Tidak ada
sekutu bagi-Nya, dan dengan itu aku diperintahkan, dan aku adalah
orang-orang Islam pertama,” begitu senandung mereka. (lihat Al-An’am:
162-163 dan lihat juga Al-A’raf: 143).
Tidak
menyerahkan diri secara total kepada Allah swt. dan tidak menerima
hukum-hukum-Nya untuk diaplikasikan dalam kehidupan, kita belum dianggap
Islam. Hal ini termaktub dalam pernyataan Allah swt. Al-Qur’an ketika
ada yang menolak Rasulullah menerapkan hukum seperti yang telah Allah
tetapkan. “Maka demi Rabb-mu, nereka tidak beriman (sebenarnya) hingga
mereka menjadikan kamu hakim untuk memutuskan perselisihan di antara
mereka, kemudian mereka tidak merasa dalam dirinya keberatan dalam
putusanmu, dan mereka menerima dengan sepenuh hati.” (An-Nisa: 65).
Hukum-hukum
Allah hanya dapat diketahui dengan perantara wahyu yang sampai kepada
kita melalui para rasul yang jujur. Jika manusia punya logika yang
jernih, tidak ada alasan baginya untuk tidak menerima dan melaksanakan
hukum-hukum Allah. Sebab, Allah yang menciptakan kita. Sudah seharusnya
kita tunduk dan patuh kepada Sang Pencipta. Konsekuensi menjadi hamba
adalah mentaati peraturan yang ditetapkan oleh Allah swt. Dan, sudah
pasti aturan-aturan itu adalah kaidah-kaidah yang sesuai dengan
karakteristik kita sebagai manusia karena dibuat oleh Allah Yang
Mengetahui segala sesuatu lagi Maha Bijaksana.
Nabi Diutus ke Semua Umat
Kedamaian
hidup manusia sangat ditentukan oleh penyerahan dirinya secara total
kepada Allah swt. Karena itu, Allah tidak membiarkan satu umat pun tanpa
didatangi rasul. “… dan setiap umat mempunyai seorang pemberi
peringatan” (Al-Fathir: 24). “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul
pada setiap umat (yang menyeru) sembahlah Allah (saja) dan jauhilah
thaghut…” (An-Nahl: 36). “Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul pun
melainkan dengan bahasa mereka, agar ia dapat memberi penjelasan yang
terang kepada mereka…” (Ibrahim: 4).
Rasululah
saw. pernah menjelaskan kedudukan umatnya terhadap umat-umat nabi
sebelumnya. Kata beliau, “Kamu sekalian menyempurnakan 70 umat, dan kamu
adalah yang sebaik-baik dan semulia-mulia umat di sisi Allah.”
(Tirmidzi).
Jadi,
sangat keliru jika ada yang berasumsi bahwa para rasul hanya diutus
kepada umat tertentu saja dan di kawasan lain tidak pernah diutus rasul.
Sebab, secara tegas Allah menyatakan kepada semua umat manusia telah
sampai risalah dan ada rasul di antara mereka. Hanya saja kita tidak
boleh gegagah menyatakan bahwa si A adalah rasul yang diutus Allah untuk
orang-orang Persia, si B nabi untuk orang Cina, si C untuk orang India;
si D nabi penduduk asli pedalaman Amerika; kecuali ada wahyu yang
mengabarkannya kepada kita.
Apakah
Zaratusta nabi untuk orang Persia kuno? Tidak ada nash yang menerangkan
hal itu kepada kita. Tapi, kita yakin bahwa orang-orang Persia kuno
pernah punya rasul yang memberi peringatan kepada mereka. Hanya saja,
kata Ibnu Abbas, “Ketika nabi yang diutus kepada penduduk Persia wafat,
Iblis menulis (mengajarkan) agama Majusi kepada mereka.” (Abu Dawud.
Lihat Jami’ul Ushul).
Islam Untuk Seluruh Manusia
Kata
Islam punya dua makna. Pertama, nash (teks) wahyu yang menjelaskan din
(agama) Allah. Kedua, Islam merujuk pada amal manusia, yaitu keimanan
dan ketundukan manusia kepada nash (teks) wahyu yang berisi ajaran din
(agama) Allah.
Berdasarkan
makna pertama, Islam yang dibawa satu rasul berbeda dengan yang dibawa
rasul lainnya, dalam hal keluasan dan keuniversalannya. Meskipun
demikian dalam permasalah fundamental dan prinsip tetap sama. Islam yang
dibawa Nabi Musa lebih luas dibandingkan yang dibawa Nabi Nuh. Karena
itu, tak heran jika Al-Qur’an pun menyebut-nyebut tentang Taurat.
Misalnya di ayat 145 surat Al-A’raf. Dan telah Kami tuliskan untuk Musa
di Luh-luh (Taurat) tentang segala sesuatu sebagai peringatan dan
penjelasan bagi segala sesuatunya.…
Islam
yang dibawa Nabi Muhammad lebih luas lagi daripada yang dibawa oleh
nabi-nabi sebelumnya. Apalagi nabi-nabi sebelumnya diutus hanya untuk
kaumnya sendiri. Nabi Muhammad diutus untuk seluruh umat manusia. Oleh
karena itu, Islam yang dibawanya lebih luas dan menyeluruh. Tak heran
jika Al-Qur’an bisa menjelaskan dan menunjukkan tentang segala sesuatu
kepada manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab sebagai penjelas
segala sesuatu. (An-Nahl: 89)
Dengan
kesempurnaan risalah Nabi Muhammad saw., sempurnalah struktur kenabian
dan risalah samawiyah (langit). Kita yang hidup setelah Nabi Muhammad
diutus, telah diberi petunjuk oleh Allah tentang semua tradisi para nabi
dan rasul yang sebelumnya. Allah swt. menyatakan hal ini di Al-Qur’an.
Mereka orang-orang yang telah diberikan petunjuk oleh Allah, maka
ikutilah petunjuk mereka. (Al-An’am: 90). Dan kamu diberi petunjuk
tentang sunah-sunah orang-orang yang sebelum kamu. (An-Nisa: 20)
Sedangkan
tentang telah sempurnanya risalah agama-Nya, Allah menyatakan dalam
surat Al-Maidah ayat 3. Pada Hari ini telah Aku sempurnakan bagimu
agamamu, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku, dan Aku ridha Islam
sebagai agama bagimu sekalian….
Rasulullah
saw. menjelaskan bahwa risalah yang dibawanya adalah satu kesatuan
dengan risalah yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. “Perumpamaanku dan
perumpamaan nabi-nabi sebelumku ibarat orang yang membangun sebuah
rumah. Ia memperindah dan mempercantik rumah itu, kecuali letak batu
bata pada salah satu sisi bangunannya. Kemudian manusia mengelilingi dan
mengagumi rumah itu, lalu mengatakan: ‘Alangkah indah jika batu ini
dipasang!’ Aku adalah batu bata tersebut dan aku adalah penutup para
nabi,” begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari dan Muslim)
Agama Selain Islam Ditolak
Sempurna
dan lengkapnya risalah agama langit yang Allah proklamasikan pada haji
wada’ dengan ayat 3 surat Al-Maidah –yang juga sebagai wahyu terakhir
turun–, mengharuskan seluruh manusia tunduk pada Islam. Semua syariat
yang terdahulu dengan sendirinya mansukh (terhapus). Dan, tidak akan ada
lagi syariat baru sesudah risalah yang dibawa Nabi Muhammad. Risalah
dan kenabian telah ditutup dengan diutusnya Nabi Muhammad. ….tetapi ia
(Nabi Muhammad) sebagai utusan Alah dan penutup nabi-nabi… (Al-Ahzab:
40). Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu semua.” (Al-A’raf: 158). Dan Kami tidak mengutus kamu kecuali
untuk seluruh manusia sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan. (Saba: 28). Dan tidaklah Kami mengutusmu, kecuali untuk
menjadi rahmat bagi seluruh alam. (Al-Anbiya’: 107).
Karenanya,
Dan barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka tidak akan
diterima (agama itu) daripadanya. (Ali Imran: 85). Sebab, sesungguhnya
agama yang diridhai Allah adalah Islam. (Ali Imran: 19).
Maka,
siapa saja yang tidak mengikuti ajaran Nabi Muhammad, ia akan celaka
dan menjadi orang yang sesat. Kata Rasulullah saw., “Demi Dzat yang
diriku dalam genggaman-Nya, tidak seorang pun dari umat ini, baik Yahudi
atau Nasrani, mendengar (berita kerasulan)-ku, kemudian ia tidak
beriman kepada apa yang aku bawa, kecuali ia sebagai ahli neraka.”
(Muslim)
Allah
menegaskan dalam Al-Qur’am, “Barangsiapa menentang Rasul sesudah nyata
petunjuk baginya dan mengikuti bukan jalan orang-orang mukmin, niscaya
Kami angkat dia menjadi pemimpin apa yang dipimpinnya dan Kami masukkan
ke dalam neraka jahanam. Itulah seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa:
115).
Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasu-Nya dan hendak
membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan Rasul-Nya, mereka berkata,
kami beriman kepada setengah (Rasul) dan kafir kepada yang lain, dan
mereka hendak mengambil jalan tengah (netral) antara yang demikian itu.
Mereka itu ialah orang-orang kafir yang sebenarnya, dan Kami sediakan
untuk orang-orang kafir itu siksaan yang menghinakan (An-Nisa:150-151).
Risalah
yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad telah banyak dilupakan,
diselewengkan, diubah, dan ajarannya yang haq telah dihapus. Sehingga,
melekatlah kebatilan di kalangan para pemeluknya, baik dalam masalah
akidah, ibadah, dan perilakunya. Sementara, Islam adalah agama yang
sumber ajarannya, Al-Qur’an dan Hadits, terjaga keshahihannya. Sanadnya
tersambung kepada Rasulullah saw. Apakah ada pilihan bagi kita yang
ingin berislam kepada Allah swt selain dengan mengikuti risalah yang
dibawa Nabi Muhammad? Tentu saja tidak.
Allah
berfirman, “Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu seorang
Rasul Kami, yang menerangkan (syariat Kami) kepadamu ketika rasul-rasul
telah putus supaya kamu tidak berkata, ‘Tidak datang kepada kami pemberi
kabar gembira dan tidak pula memberi peringatan.’ Allah MahaTahu atas
segala sesuatu.” (Al_maidah: 19)
Sumber Ajaran Islam
Isi
ajaran Islam yang diserukan Nabi Muhammad dapat diketahui dari
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang telah diakui keabsahannya oleh para ulama
hadits. Islam yang dibawa Nabi Muhammad merupakan hidayah yang sempurna
bagi seluruh umat manusia. Allah menurunkan Islam ini secara sempurna
dan menyeluruh sehingga tidak ada satu persoalan pun yang menyangkut
kehidupan manusia yang tidak diatur. Islam memuat aspek hukum
–halal-haram, mubah-makruh, fardhu-sunnah—juga menyangkut masalah
akidah, ibadah, politik, ekonomi, perang, damai, perundangan, dan semua
konsep hidup manusia.
Begitulah
yang Allah katakan tentang Al-Qur’an. Dan Kami turunkan kepadamu
Al-Kitab sebagai penjelas segala sesuatu. (An-Nahl: 89). Dan sebagai
pemerinci terhadap segala sesuatu. (Al-A’raf: 145)
Sedangkan
yang belum dijelaskan secara gamblang dan rinci dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah, dapat diketahui dengan jalan pengambilan hukum oleh para
mujtahid umat Islam (istimbath).
Kitab
dan Sunah telah menjelaskan semua persoalan yang terkait dengan akidah,
ibadah, ekonomi, sosial kemasyarakatan, perang dan damai,
perundang-undangan dan kehakiman, ilmu, pendidikan dan kebudayaan, serta
hukum dan pemerintahan. Para ahli fiqh membuat klasifikasi ajaran Islam
ke dalam persoalan akidah, ibadah, akhlak, muamalah, dan uqubah (sanksi
hukum).
Yang
termasuk dalam urusan akidah adalah masalah hukum dan pemerintahan.
Masalah akhlak adalah masalah tata karma. Sedangkan yang masuk ke dalam
urusan ibadah adalah masalah shalat, zakat, puasa, haji, dan jihad.
Muamalah menyangkut urusan transaksi keuangan, nikah dna segala
persoalannya, soal-soal konflik, amanah dan harta warisan. Sedangkan
yang masuk dalam kategori uqubah adalah persoalan qishash, hukuman bagi
pencuri, pezina, tuduhan zina, dan murtad.
Arti Nama Islam
Di
antara keistimewaan agama Islam adalah namanya. Berbeda dengan agama
lain, nama agama ini bukan berasal dari nama pendirinya atau nama tempat
penyebarannya. Tapi, nama Islam menunjukkan sikap dan sifat pemeluknya
terhadap Allah.
Yang
memberi nama Islam juga bukan seseorang, bukan pula suatu masyarakat,
tapi Allah Ta’ala, Pencipta alam semesta dan segala isinya. Jadi, Islam
sudah dikenal sejak sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw. dengan nama
yang diberikan Allah.
Islam berasal dari kata
salima yuslimu istislaam –artinya tunduk atau patuh– selain yaslamu
salaam –yang berarti selamat, sejahtera, atau damai. Menurut bahasa
Arab, pecahan kata Islam mengandung pengertian: islamul wajh (ikhlas
menyerahkan diri kepada Allah), istislama (tunduk secara total kepada
Allah), salaamah atau saliim (suci dan bersih), salaam (selamat
sejahtera), dan silm (tenang dan damai). Semua pengertian itu digunakan
Alquran seperti di ayat-ayat berikut ini.
وَمَنْ
أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ
وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ
خَلِيلًا
Dan
siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan,
dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim
menjadi kesayangan-Nya. (An-Nisa’: 125)
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Maka
apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi,
baik dengan suka maupun terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan. (Ali Imran: 83)
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Asy-Syu’araa’: 89)
وَإِذَا
جَاءَكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِآَيَاتِنَا فَقُلْ سَلَامٌ عَلَيْكُمْ
كَتَبَ رَبُّكُمْ عَلَى نَفْسِهِ الرَّحْمَةَ أَنَّهُ مَنْ عَمِلَ مِنْكُمْ
سُوءًا بِجَهَالَةٍ ثُمَّ تَابَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَصْلَحَ فَأَنَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ
Apabila
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami itu datang kepadamu,
Maka Katakanlah: “Salaamun alaikum (Mudah-mudahan Allah melimpahkan
kesejahteraan atas kamu).” Tuhanmu Telah menetapkan atas Diri-Nya kasih
sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara
kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya
dan mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (Al-An’am: 54)
فَلَا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
Janganlah
kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun
bersamamu dan dia sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu.
(Muhammad: 35)
Sementara
sebagai istilah, Islam memiliki arti: tunduk dan menerima segala
perintah dan larangan Allah yang terdapat dalam wahyu yang diturunkan
Allah kepada para Nabi dan Rasul yang terhimpun di dalam Alquran dan
Sunnah. Manusia yang menerima ajaran Islam disebut muslim. Seorang
muslim mengikuti ajaran Islam secara total dan perbuatannya membawa
perdamaian dan keselamatan bagi manusia. Dia terikat untuk mengimani,
menghayati, dan mengamalkan Alquran dan Sunnah.
Kalimatul
Islam (kata Al-Islam) mengandung pengertian dan prinsip-prinsip yang
dapat didefinisikan secara terpisah dan bila dipahami secara menyeluruh
merupakan pengertian yang utuh.
Apakah Yesus (AS) berbeda dengan Isa Al-Masih ?
AWAL MULA
Sudah sejak berabad-abad yang lalu pertentangan antara Islam dan Kekristenan berlangsung. Kesalahpahaman yang paling utama di antara dua keyakinan ini kebanyakan berkisar soal Isa Almasih alias Yesus Kristus. Jika kita melihat ke dalam Kitab Suci, kesalahpahaman dan pertentangan di antara mereka ini sepertinya memang sudah diramalkan sejak jauh-jauh hari.
Lukas 2 : 34
Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: ’Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
QS. Maryam (19) ayat 34
Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.
Pertentangan ini semakin rumit di negara Indonesia karena banyak orang dari dua kubu ini, terutama orang daerah, tidak mau tokoh junjungan mereka itu disamakan. Ini lantaran kesaksian dua Kitab Suci ini mengenai perjalanan hidup seorang tokoh tersebut dianggap berbeda. Maka, tidak mengherankan karena pertentangan pemahaman antara muslim dan kristiani tersebut akhirnya bisa sampai saling menghakimi, menghujat, menghina, mengutuk, merusak tempat ibadah, bahkan sampai mengaiaya atau membunuh, melupakan sama sekali ajaran dasar yang diajarkan tokoh yang mereka imani ini, yaitu kasih sayang.
Selain itu, bagi mereka, nama “Isa Almasih” yang tertulis di Alquran tidak sama dengan nama “Yesus Kristus” yang tertulis di Alkitab. Sayangnya, mengenai nama ini, kesalahpahaman mereka ini timbul hanya karena masalah bahasa. Masalah inilah yang akan kita bahas dalam di sini melalui pendekatan sosio-linguistik.
Lantas, benarkah klaim kedua pihak bahwa Isa Almasih itu memang berbeda dengan Yesus Kristus?
ASAL KATA “ISA” DAN “YESUS”
Sebelum kita bahas lebih jauh, kita harus tahu bahwa kata “Isa” dalam bahasa Indonesia ragam umum, seperti yang tertulis dalam Alquran terjemahan Departemen Agama (Depag), adalah kata serapan dari bahasa Arab, yaitu dari kata عِيسٰى, `Κâ.
Kata “Yesus” dalam bahasa Indonesia ragam Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) adalah kata serapan dari bahasa Yunani, yaitu dari kata Ιησους “Iēsous”.
Lalu, pertanyaan selanjutnya, apakahعِيسٰى , “`Κ┠(bahasa Arab) sama dengan Ιησους, “Iēsous” (bahasa Yunani) ? Dan apakah kedua nama itu menunjuk kepada satu sosok yang sama ?
Perlu disadari, sosok yang ditunjuk dengan menggunakan nama Isa maupun nama Yesus itu bukan orang Arab dan bukan pula orang Yunani, melainkan orang Ibrani, khususnya suku Yahudi. Jadi sudah sewajarnya bila nama asli sosok yang disapa dengan nama Yesus atau Isa itu punya nama asli nama Ibrani. Bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat Ibrani di Palestina pada abad pertama SM sampai abad pertama M adalah bahasa Aram, bukannya bahasa Ibrani. Pada masa itu, bahasa Ibrani hanya ada dalam teks-teks keagamaan dan dipakai sebagai bahasa keagamaan. Dengan demikian, nama panggilan sehari-hari sosok yang dikenal sebagai Isa atau Yesus itu adalah nama Ibrani yang dibaca dengan cara baca Aram. Hal ini mirip dengan nama Indonesia yang dibaca dengan cara baca bahasa Inggris.
Namun, bagaimana ceritanya nama Ibrani dan nama panggilan Aram itu menjadi nama Ιησους “Iēsous” (bahasa Yunani) atau nama عِيسٰى “`Κ┠(bahasa Arab) ?
Nama Ibrani sosok yang kita kenal sebagai Yesus atau Isa itu adalah יְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua” (nama panjang) atau יֵשׁוּעַ , “Yēšûa” (bentuk pendek dari nama יְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua”). Berhubung tanda-tanda vokal pada huruf Ibrani baru dikenal pada abad ke-7 M, maka semula huruf Ibrani itu gundul tanpa tanda baca (Ibrani gundul). Huruf Ibrani gundul nama יֵשׁוּעַ , “Yēšûa” adalah ישוע , “Y-Š-W-’”.
Dari sejarah bahasa Ibrani dapat diketahui bahwa yang dikenal sebagai huruf Ibrani itu sejatinya adalah huruf Aram yang diimpor bulat-bulat oleh bangsa Israel dan dipakai dipakai sebagai bahasa tulisnya untuk menuliskan kosa kata Ibrani. Dengan demikian, skrip Ibrani ישוע, “Y-Š-W-’” identik dengan skrip Aram ישוע, “Y-Š-W-’”. Meskipun skrip gundul kedua bahasa itu identik, namun cara bacanya sedikit berbeda. Itulah yang nantinya menyebabkan tanda vokal yang dikenakan oleh skrip kedua bahasa itu berlainan.
Ada tiga cara baca skrip ישוע , “Y-Š-W-’”, yaitu cara baca Ibrani, cara baca Aram dialek Barat, dan cara baca Aram dialek Timur.
Isa (AS) tinggal di wilayah Galilea. Bahasa percakapan sehari-hari masyarakat Ibrani Galilea adalah bahasa Aram dialek Palestina atau Aram Barat. Tentu saja nama panggilan Isa yang dikenal oleh masyarakat tersebut adalah nama panggilan Aram Barat, yaitu: יֵשׁוּע , “Yēšûe”.
Pada masa itu pula, bahasa Yunani menjadi bahasa Ilmu Pengetahuan dan bahasa pergaulan antarbangsa (lingua franca, bahasa Internasional). Dengan begitu, peranan bahasa Yunani pada masa itu mirip dengan peranan bahasa Inggris pada masa kini. Daerah Galilea dihuni oleh manusia dari berbagai bangsa, termasuk dari bangsa-bangsa yang tidak bisa berbicara bahasa Aram. Komunikasi antarbangsa tersebut dilakukan dengan bahasa Yunani. Terkait dengan hal ini, pengucapan nama יֵשׁוּע , “Yēšûe” (bahasa Aram dialek barat), mengalami penyesuaian lidah dengan bahasa dan tata bahasa Yunani, sehingga dilafalkan Ιησους “Iēsous”.
Suku kata terakhir pada kata “Yesue” berubah menjadi -ς (-s) karena dalam tata nama dan tata bahasa Yunani, nama maskulin berakhiran dengan huruf -ς (-s).
Dari bahasa Yunani ini, nama Ιησους “Iēsous” diserap ke berbagai bahasa lain, khususnya bahasa-bahasa barat. Itulah sebabnya, pengikut Almasih purba yang bermukim di belahan dunia sebelah barat Palestina lebih mengenal nama Ιησους “Iēsous”.
Bila perkembangan ke arah barat dipengaruhi bahasa Yunani, maka perkembangan ke timur dipengaruhi bahasa Arab. Kita mengerti bahwa Arab, yang saat itu di dalamnya terdapat keturunan Yahudi diaspora, merupakan bangsa non-Yahudi paling pertama yang mendapat pemberitaan Injil (Kabar Baik) mengenai kehadiran Almasih. Injil masuk ke Arab menggunakan media bahasa Aram Barat dan Aram Timur melalui Yerusalem dan melalui Damsyik.
Dalam dialek Aram Timur, skrip ישוע , “Y-Š-W-’” dibaca “Κô “ dan dituliskan ܝܼܫܘܿܥ.
Kata ܝܼܫܘܿܥ , “Κô” (bahasa Aram Timur) terkadang ditransliterasikan ke dalam bahasa Inggris menjadi “Esau”. Perubahan vokal terjadi pada vokal ô (o panjang absolut) dari kata ܝܼܫܘܿܥ , “Κô” tersebut menjadi vokal â (a panjang absolut) dalam kata عِيسٰى , “`Κ┠(bahasa Arab), karena dalam bahasa Arab tidak ada tanda vokal ô, terlebih tanda vokal yang dapat dikenakan oleh huruf sin Arab (س). Sehingga, vokal ô pada kata ܝܼܫܘܿܥ , “Κô” mengalami proses Arabisasi menjadi vokal â ketika diserap masuk ke dalam kosakata bahasa Arab.
Gambaran umum proses dari ישוע , “Y-Š-W-’” (nama Ibrani) sampai Isa atau Yesus (nama Indonesia serapan) adalah sebagai berikut :
Dari uraian singkat di atas dapat diketahui bahwa Isa sama dengan Yesus, dan bahwa kedua nama itu merujuk kepada satu sosok yang sama.
Lalu bagaimana dengan nama يَسُوعْ, “Yašû’”? Apakah nama عِيسٰى, `Κâ’, “Isa” (bahasa Arab) berpadanan dengan dengan nama يَسُوعْ, “Yašû’”, “Yasu’” dalam bahasa Arab modern ?
Mari kita lihat bagaimana skrip Ibrani gundul ישוע , “Y-Š-Û-’” ditransliterasikan ke skrip Arab menjadi يسوع , “Y-Š-Û-’”. Gambaran proses transliterasi bisa dilihat tersebut sebagai berikut :
Radikal “Y” pada skrip ישוע , “Y-Š-Û-’ “ dibaca “Ye” (bahasa Ibrani dan Aram). Berhubung dalam bahasa Arab tidak dikenal tanda vokal “e”, maka cara baca skrip gundul ישוע , “Y-Š-Û-’” tersebut mengalami Arabisasi dan penyesuaian dengan lidah Arab, sehingga dibaca dengan vokal “a”. Akibatnya, skrip يسوع , “Y-Š-Û-’” dibaca يَسُوعْ , “Yašû’ “ (bahasa Arab).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa يَسُوعْ , “Yašû’” dalam bahasa Arab modern sama dengan عِيسٰى , “’Κ┠dalam bahasa Arab kuna yang masih digunakan hingga saat ini. Dengan demikian, arti nama يَسُوعْ, “Yašû’”, “Yasu’” pun pasti sama dengan arti nama عِيسٰى, “`Κ⒔, “Isa”.
ARTI NAMA “ISA” DAN “YESUS”
Nama “Isa” yang bersinonim dengan nama “Yesus” dalam bahasa Indonesia berpangkal dari nama Ibrani יְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua”.
Dengan demikian, kita perlu menyelidiki arti nama יְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua” untuk mengetahui arti nama “Isa”.
Nama יְהוֹשֻׁעַ “Yəhôšua” berasal dari frasa יהוה הוֹשִׁיעַ , “YHWH Hôšîa”
Seperti yang kita tahu, secara etimologis, יהוה , “YHWH” adalah ﺍﷲ , “Allāh”, dan ﺍﷲ , “Allāh” adalah יהוה “YHWH”. Dengan demikian,
subjek dalam kalimat tersebut di atas adalah ﺍﷲ , “Allāh”.
Kata הוֹשִׁיעַ , “Hôšîa” (bahasa Ibrani) adalah kata kerja turunan Hiphil dari kata kerja Qal יָשַׁע , “YāŠa’” dan berbentuk perfek - aktif - persona III - maskulin - tunggal. Makna leksikal kata kerja יָשַׁע , “YāŠa’” adalah menyelamatkan (to save – bahasa Inggris). Kata kerja Hiphil punya arti menyebabkan (kausatif). Dengan demikian, makna gramatis kata הוֹשִׁיעַ , “Hôšîa” adalah:
menyebabkan … menyelamatkan …
Bila tanda titik-titik yang pertama dalam kalimat itu diwakili dengan variabel X dan titik-titik yang kedua dalam kalimat yang sama diwakili dengan variabel Y, maka kalimat tersebut dapat dituliskan demikian:
menyebabkan X menyelamatkan Y
Jadi, makna gramatis kalimat יהוה הוֹשִׁיעַ , “YHWH Hôšîa” adalah :
ﺍﷲ , “Allāh” menyebabkan X menyelamatkan Y
Perhatikan, kalimat sederhana yang hanya terdiri dari subjek dan predikat dalam bahasa Ibrani (lihat kalimat (i)) punya makna yang perlu dijabarkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kalimat majemuk setara yang terdiri dari dua subjek, dua predikat, dan satu objek.
Siapakah X yang menyelamatkan? Siapa pula Y yang diselamatkan?
Untuk mengetahui hal itu, kita perlu memperhatikan penjelasan dari sang empunya nama, yaitu Isa Almasih (Yesus Kristus) itu sendiri.
και εαν τις μου ακουςη των ρηματων και μη φυλαξη εγω ου κρινω αυτον˙ ου γαρ ηλθον ινα κρινω τον κοσμον, αλλ ινα σωσω τον κοσμον
“aDan jikalau orang mendengar perkataan-Ku (Ku=Isa) bdan tidak melakukannya, cAku (Isa) tidak menghakiminya sekarang, dkarena sekarang ini Aku (Isa) datang ebukan supaya menghakimi dunia,fmelainkan supaya Aku (Isa) menyelamatkan dunia”
(Yohanes 12 : 47).
Ayat 47f αλλ ινα σωσω τον κοσμον, “melainkan supaya Aku (Isa) menyelamatkan dunia” menunjukkan bahwa sang “Aku” menyelamatkan dunia. Kata “Aku” dalam ayat tersebut menunjuk kepada Isa Almasih sebagaimana ditunjukkan dalam Yohanes 12:44 : a Ιησους δε εκραξν και ειπεν, “Tetapi Yesus berkata dan berseru”. Artinya, variabel X dalam kalimat itu adalah Isa Almasih. Jadi, kalimat dapat dituliskan jadi :
Ayat 47f αλλ ινα σωσω τον κοσμον, “melainkan supaya Aku (Isa) menyelamatkan dunia” juga menunjukkan pihak yang diselamatkan, yaitu: τον κοσμον “dunia”. Jadi, variabel Y dalam kalimat (vii) itu adalah dunia, sehingga kalimat tersebut menjadi :
Kalimat (viii) dapat dituliskan tanpa analisis sintaksis sebagai berikut:
ﺍﷲ , Allah telah menyebabkan عِيسٰى , Isa menyelamatkan dunia
יהוה, YHVH telah menyebabkan יֵשׁוּעַ , Yesus menyelamatkan dunia
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa arti nama יְהוֹשֻׁעַ alias عِيسٰى, (Isa, Yesus) adalah bahwa “TUHAN Yang Satu dan Sejati telah menyebabkan Isa menyelamatkan dunia.” Arti nama yang panjang itu seringkali disingkat jadi: “YHVH menyelamatkan (melalui Yesus)” atau “YHVH adalah keselamatan”.
Nama Isa, Yesus ini juga sama dengan nama Yosua (penerus Musa) yang juga memiliki nama asli יְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua” (bahasa Ibrani) dan diserap dari Ιησους, “Iēsous” (bahasa Yunani), melalui “Josue” (bahasa Latin)—berbeda dengan Yesus yang diserap menjadi “Iesus” (bahasa Latin); sehingga artinya menjadi “YHVH menyelamatkan (melalui Yosua)”. Nama יהושע , “Yəhôšua” ini mirip dengan ישעיה, “Yəšayahu”, Yesaya, hanya saja kombinasinya terbalik, yaitu יָשַׁע , “YāŠa’” dan יה, “YHVH”, yang secara literal berarti “menyelamatkanlah YHVH (melalui Yesaya)”, “Keselamatan adalah YHVH”.
Kemudian, dari nama ini dan ramalan-ramalan yang tertulis dalam Kitab Suci yang diberikan kepada umat Yahudi, muncul sebutan bagi seorang pemilik nama ini yang lahir di Bethlehem dari seorang perawan :
Juruselamat dunia (world savior) atau Juruselamat (savior)
Alquran pun bercerita mengenai datangnya seorang Juruselamat (Almasih) yang bernama Isa sesuai yang dijanjikan dalam kitab-kitab sebelumnya :
QS Al-Imran (3) ayat 45
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),
MENGENAI GELAR ALMASIH
Kata “Almasih” dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yaitu dari kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ”. Lawan dari gelar اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” adalah gelar اَلْمَسِيحْ اَلْدَّجَّالْ , “Al Mašîḥ Ad-Dajjāl” atau Almasih Palsu atau Anti-Almasih. Gelar اَلْمَسِيحْ اَلْدَّجَّالْ , “Al Mašîḥ Ad-Dajjāl” tentu saja sangat berbeda dan sangat berlawanan dengan gelar mulia اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ”.
Umat Almasih Arab telah mengenal dan mempergunakan kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” jauh sebelum kelahiran sang Nabi yang dijanjikan, Muhammad (571 M). Ini dibuktikan oleh prasasti Abraha yang ditemukan di Arab Selatan dan yang berasal dari tahun 525 M-553 M. Terjemahan baris pertama prasasti tersebut sebagai berikut :
“Di dalam kekuatan Ar-Rahman dan Almasih
Raja Abraha Zibman, Raja Saba’a, Zuridan, dan Hadrmaut.”
Selama lebih dari 1500 tahun, kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” digunakan sebagai padanan dan terjemahan kata הַמָּשִׁיחַ , “Hammāšîaḥ” dalam bahasa Ibrani, משִׁחָא , “Mšîḥō” dalam bahasa Aram-Palestina, atau ο χριστος “ho Khristos” dalam bahasa Yunani. Hal ini sangat terlihat ketika kata ini selalu disandingkan dengan nama “Isa” dalam berbagai bahasa yang disertai gelar “Almasih”. Berikut adalah perubahan nama Isa Almasih atau Yesus Kristus dalam beberapa bahasa dunia :
Suatu kata digunakan untuk menerjemahkan kata dari bahasa lain karena adanya kesamaan makna. Misal, kata “kursi” digunakan untuk menerjemahkan kata “chair” (bahasa Inggris) karena kata “kursi” dalam bahasa Indonesia memiliki kesamaan makna dengan kata “chair” dalam bahasa Inggris.
Kasus yang sama juga terjadi pada kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ”. Kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” digunakan untuk menerjemahkan kata הַמָּשִׁיחַ , “Hammāšîaḥ” (bahasa Ibrani), משִׁחָא , “Mšîḥō” (bahasa Aram-Palestina), atau ο χριστος, “ho Khristos” (bahasa Yunani) ke dalam bahasa Arab karena kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” dalam bahasa Arab memiliki kemiripan pelafalan dengan kata הַמָּשִׁיחַ , “Hammāšîaḥ” dalam bahasa Ibrani, משִׁחָא “Mšîḥō” (bahasa Aram-Palestina), dan kesamaan makna dengan kata ο χριστος, “ho Khristos” (bahasa Yunani).
Kata הַמָּשִׁיחַ , “Hammāšîaḥ” yang menjadi asal kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” (bahasa Arab) sendiri berasal dari kata מָּשִׁיחַ yang artinya “mengurapi, “mengoles dengan minyak”. Gelarהַמָּשִׁיחַ , “Hammāšîaḥ” telah dipakai oleh nabi-nabi Israel sebelum Isa untuk meramalkan kedatangan seorang Raja Penyelamat bagi bangsa Israel dan kaum beriman. Karena itu, gelar הַמָּשִׁיחַ , “Hammāšîaḥ” atau اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” pun sering diterjemahkan menjadi “Juruselamat”. Jika juruselamat (orang yang diurapi) lain adalah para raja dan imam yang secara tradisional dinobatkan dengan pengurapan minyak suci, maka Isa Almasih, dalam Kitab Suci, secara revolusioner diurapi oleh Allah sendiri. Karena itulah kita hanya bisa menemukan satu اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” (Juruselamat) dalam Kitab Suci yaitu عِيسٰى اَلْمَسِيحْ , “`Κâ Al Mašîḥ” (Yesus Kristus).
KESIMPULAN
Tidak ada perbedaan yang berarti dalam penyebutan nama “Isa” dan “Yesus”. Bahkan kedua nama ini sebenarnya adalah identik tanpa perbedaan. Hanya saja, bahasa asal dari kedua nama ini memang berbeda. Yang satu berasal dari bahasa Arab kuna, dan yang satu lagi berasal dari bahasa Yunani umum. Padahal nama kedua nama yang diserap ke dalam baik bahasa Arab maupun bahasa Yunani tersebut pun aslinya sama-sama kata serapan dari bahasa Aram-Ibrani. יְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua”, Yehoshua, itulah nama asli dari tokoh kontroversial yang disebut Isa oleh umat muslim dan Yesus oleh umat kristiani itu. Nama pendeknya adalah יֵשׁוּעַ, “Yēšûa”, Yeshua—seperti Alexander yang memiliki nama pendek Alex.
Adalah salah jika masing-masing kubu mempertahankan pendapatnya bahwa nama عِيسٰى “`Κ┠(bahasa Arab) atau Ιησους “Iēsous” (bahasa Yunani) itu adalah nama asli—dengan alasan bahwa Kitab Suci tidak mungkin salah menyebut nama. Kata عِيسٰى “`Κâ”, Isa, dalam bahasa Arab sendiri tidak mengambilnya langsung dari tidak mengambil dariיְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua” atau dari nama pendeknya יֵשׁוּעַ, “Yēšûa” (bahasa Aram Barat-Ibrani), tetapi merupakan serapan dari ܝܼܫܘܿܥ, “Κô” (bahasa Arab Timur). Artinya, tidak ada lagi alasan bagi pihak manapun untuk mengklaim bahwa nama yang mereka gunakanlah yang paling benar.
Melihat bukti akan persamaan nama antara “Isa” dan “Yesus”, maka dapat disimpulkan pula bahwa pemilik dua nama ini juga bisa dipastikan adalah sosok yang sama. Perbedaan pemakaian nama Isa dalam Alquran dan Yesus dalam Alkitab, hanya masalah kesalahpahaman bahasa yang ternyata memang bisa ditelusuri melalui pendekatan linguistik seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.
Bagaimanapun, semoga tulisan ini bisa sedikit meredakan konflik antara pihak muslim dan kristiani dan membuat masing-masing pihak mau lebih menghormati dan mengerti keyakinan satu sama lain. Jangan sampai, karena ketidaktahuan, kita menolak dan menghujat sang Juruselamat yang dimuliakan oleh ALLAH (YHVH) itu.
Sudah sejak berabad-abad yang lalu pertentangan antara Islam dan Kekristenan berlangsung. Kesalahpahaman yang paling utama di antara dua keyakinan ini kebanyakan berkisar soal Isa Almasih alias Yesus Kristus. Jika kita melihat ke dalam Kitab Suci, kesalahpahaman dan pertentangan di antara mereka ini sepertinya memang sudah diramalkan sejak jauh-jauh hari.
Lukas 2 : 34
Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: ’Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan
QS. Maryam (19) ayat 34
Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.
Pertentangan ini semakin rumit di negara Indonesia karena banyak orang dari dua kubu ini, terutama orang daerah, tidak mau tokoh junjungan mereka itu disamakan. Ini lantaran kesaksian dua Kitab Suci ini mengenai perjalanan hidup seorang tokoh tersebut dianggap berbeda. Maka, tidak mengherankan karena pertentangan pemahaman antara muslim dan kristiani tersebut akhirnya bisa sampai saling menghakimi, menghujat, menghina, mengutuk, merusak tempat ibadah, bahkan sampai mengaiaya atau membunuh, melupakan sama sekali ajaran dasar yang diajarkan tokoh yang mereka imani ini, yaitu kasih sayang.
Selain itu, bagi mereka, nama “Isa Almasih” yang tertulis di Alquran tidak sama dengan nama “Yesus Kristus” yang tertulis di Alkitab. Sayangnya, mengenai nama ini, kesalahpahaman mereka ini timbul hanya karena masalah bahasa. Masalah inilah yang akan kita bahas dalam di sini melalui pendekatan sosio-linguistik.
Lantas, benarkah klaim kedua pihak bahwa Isa Almasih itu memang berbeda dengan Yesus Kristus?
ASAL KATA “ISA” DAN “YESUS”
Sebelum kita bahas lebih jauh, kita harus tahu bahwa kata “Isa” dalam bahasa Indonesia ragam umum, seperti yang tertulis dalam Alquran terjemahan Departemen Agama (Depag), adalah kata serapan dari bahasa Arab, yaitu dari kata عِيسٰى, `Κâ.
Kata “Yesus” dalam bahasa Indonesia ragam Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) adalah kata serapan dari bahasa Yunani, yaitu dari kata Ιησους “Iēsous”.
Lalu, pertanyaan selanjutnya, apakahعِيسٰى , “`Κ┠(bahasa Arab) sama dengan Ιησους, “Iēsous” (bahasa Yunani) ? Dan apakah kedua nama itu menunjuk kepada satu sosok yang sama ?
Perlu disadari, sosok yang ditunjuk dengan menggunakan nama Isa maupun nama Yesus itu bukan orang Arab dan bukan pula orang Yunani, melainkan orang Ibrani, khususnya suku Yahudi. Jadi sudah sewajarnya bila nama asli sosok yang disapa dengan nama Yesus atau Isa itu punya nama asli nama Ibrani. Bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat Ibrani di Palestina pada abad pertama SM sampai abad pertama M adalah bahasa Aram, bukannya bahasa Ibrani. Pada masa itu, bahasa Ibrani hanya ada dalam teks-teks keagamaan dan dipakai sebagai bahasa keagamaan. Dengan demikian, nama panggilan sehari-hari sosok yang dikenal sebagai Isa atau Yesus itu adalah nama Ibrani yang dibaca dengan cara baca Aram. Hal ini mirip dengan nama Indonesia yang dibaca dengan cara baca bahasa Inggris.
Namun, bagaimana ceritanya nama Ibrani dan nama panggilan Aram itu menjadi nama Ιησους “Iēsous” (bahasa Yunani) atau nama عِيسٰى “`Κ┠(bahasa Arab) ?
Nama Ibrani sosok yang kita kenal sebagai Yesus atau Isa itu adalah יְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua” (nama panjang) atau יֵשׁוּעַ , “Yēšûa” (bentuk pendek dari nama יְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua”). Berhubung tanda-tanda vokal pada huruf Ibrani baru dikenal pada abad ke-7 M, maka semula huruf Ibrani itu gundul tanpa tanda baca (Ibrani gundul). Huruf Ibrani gundul nama יֵשׁוּעַ , “Yēšûa” adalah ישוע , “Y-Š-W-’”.
Dari sejarah bahasa Ibrani dapat diketahui bahwa yang dikenal sebagai huruf Ibrani itu sejatinya adalah huruf Aram yang diimpor bulat-bulat oleh bangsa Israel dan dipakai dipakai sebagai bahasa tulisnya untuk menuliskan kosa kata Ibrani. Dengan demikian, skrip Ibrani ישוע, “Y-Š-W-’” identik dengan skrip Aram ישוע, “Y-Š-W-’”. Meskipun skrip gundul kedua bahasa itu identik, namun cara bacanya sedikit berbeda. Itulah yang nantinya menyebabkan tanda vokal yang dikenakan oleh skrip kedua bahasa itu berlainan.
Ada tiga cara baca skrip ישוע , “Y-Š-W-’”, yaitu cara baca Ibrani, cara baca Aram dialek Barat, dan cara baca Aram dialek Timur.
Isa (AS) tinggal di wilayah Galilea. Bahasa percakapan sehari-hari masyarakat Ibrani Galilea adalah bahasa Aram dialek Palestina atau Aram Barat. Tentu saja nama panggilan Isa yang dikenal oleh masyarakat tersebut adalah nama panggilan Aram Barat, yaitu: יֵשׁוּע , “Yēšûe”.
Pada masa itu pula, bahasa Yunani menjadi bahasa Ilmu Pengetahuan dan bahasa pergaulan antarbangsa (lingua franca, bahasa Internasional). Dengan begitu, peranan bahasa Yunani pada masa itu mirip dengan peranan bahasa Inggris pada masa kini. Daerah Galilea dihuni oleh manusia dari berbagai bangsa, termasuk dari bangsa-bangsa yang tidak bisa berbicara bahasa Aram. Komunikasi antarbangsa tersebut dilakukan dengan bahasa Yunani. Terkait dengan hal ini, pengucapan nama יֵשׁוּע , “Yēšûe” (bahasa Aram dialek barat), mengalami penyesuaian lidah dengan bahasa dan tata bahasa Yunani, sehingga dilafalkan Ιησους “Iēsous”.
Suku kata terakhir pada kata “Yesue” berubah menjadi -ς (-s) karena dalam tata nama dan tata bahasa Yunani, nama maskulin berakhiran dengan huruf -ς (-s).
Dari bahasa Yunani ini, nama Ιησους “Iēsous” diserap ke berbagai bahasa lain, khususnya bahasa-bahasa barat. Itulah sebabnya, pengikut Almasih purba yang bermukim di belahan dunia sebelah barat Palestina lebih mengenal nama Ιησους “Iēsous”.
Bila perkembangan ke arah barat dipengaruhi bahasa Yunani, maka perkembangan ke timur dipengaruhi bahasa Arab. Kita mengerti bahwa Arab, yang saat itu di dalamnya terdapat keturunan Yahudi diaspora, merupakan bangsa non-Yahudi paling pertama yang mendapat pemberitaan Injil (Kabar Baik) mengenai kehadiran Almasih. Injil masuk ke Arab menggunakan media bahasa Aram Barat dan Aram Timur melalui Yerusalem dan melalui Damsyik.
Dalam dialek Aram Timur, skrip ישוע , “Y-Š-W-’” dibaca “Κô “ dan dituliskan ܝܼܫܘܿܥ.
Kata ܝܼܫܘܿܥ , “Κô” (bahasa Aram Timur) terkadang ditransliterasikan ke dalam bahasa Inggris menjadi “Esau”. Perubahan vokal terjadi pada vokal ô (o panjang absolut) dari kata ܝܼܫܘܿܥ , “Κô” tersebut menjadi vokal â (a panjang absolut) dalam kata عِيسٰى , “`Κ┠(bahasa Arab), karena dalam bahasa Arab tidak ada tanda vokal ô, terlebih tanda vokal yang dapat dikenakan oleh huruf sin Arab (س). Sehingga, vokal ô pada kata ܝܼܫܘܿܥ , “Κô” mengalami proses Arabisasi menjadi vokal â ketika diserap masuk ke dalam kosakata bahasa Arab.
Gambaran umum proses dari ישוע , “Y-Š-W-’” (nama Ibrani) sampai Isa atau Yesus (nama Indonesia serapan) adalah sebagai berikut :
Dari uraian singkat di atas dapat diketahui bahwa Isa sama dengan Yesus, dan bahwa kedua nama itu merujuk kepada satu sosok yang sama.
Lalu bagaimana dengan nama يَسُوعْ, “Yašû’”? Apakah nama عِيسٰى, `Κâ’, “Isa” (bahasa Arab) berpadanan dengan dengan nama يَسُوعْ, “Yašû’”, “Yasu’” dalam bahasa Arab modern ?
Mari kita lihat bagaimana skrip Ibrani gundul ישוע , “Y-Š-Û-’” ditransliterasikan ke skrip Arab menjadi يسوع , “Y-Š-Û-’”. Gambaran proses transliterasi bisa dilihat tersebut sebagai berikut :
Radikal “Y” pada skrip ישוע , “Y-Š-Û-’ “ dibaca “Ye” (bahasa Ibrani dan Aram). Berhubung dalam bahasa Arab tidak dikenal tanda vokal “e”, maka cara baca skrip gundul ישוע , “Y-Š-Û-’” tersebut mengalami Arabisasi dan penyesuaian dengan lidah Arab, sehingga dibaca dengan vokal “a”. Akibatnya, skrip يسوع , “Y-Š-Û-’” dibaca يَسُوعْ , “Yašû’ “ (bahasa Arab).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa يَسُوعْ , “Yašû’” dalam bahasa Arab modern sama dengan عِيسٰى , “’Κ┠dalam bahasa Arab kuna yang masih digunakan hingga saat ini. Dengan demikian, arti nama يَسُوعْ, “Yašû’”, “Yasu’” pun pasti sama dengan arti nama عِيسٰى, “`Κ⒔, “Isa”.
ARTI NAMA “ISA” DAN “YESUS”
Nama “Isa” yang bersinonim dengan nama “Yesus” dalam bahasa Indonesia berpangkal dari nama Ibrani יְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua”.
Dengan demikian, kita perlu menyelidiki arti nama יְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua” untuk mengetahui arti nama “Isa”.
Nama יְהוֹשֻׁעַ “Yəhôšua” berasal dari frasa יהוה הוֹשִׁיעַ , “YHWH Hôšîa”
Seperti yang kita tahu, secara etimologis, יהוה , “YHWH” adalah ﺍﷲ , “Allāh”, dan ﺍﷲ , “Allāh” adalah יהוה “YHWH”. Dengan demikian,
subjek dalam kalimat tersebut di atas adalah ﺍﷲ , “Allāh”.
Kata הוֹשִׁיעַ , “Hôšîa” (bahasa Ibrani) adalah kata kerja turunan Hiphil dari kata kerja Qal יָשַׁע , “YāŠa’” dan berbentuk perfek - aktif - persona III - maskulin - tunggal. Makna leksikal kata kerja יָשַׁע , “YāŠa’” adalah menyelamatkan (to save – bahasa Inggris). Kata kerja Hiphil punya arti menyebabkan (kausatif). Dengan demikian, makna gramatis kata הוֹשִׁיעַ , “Hôšîa” adalah:
menyebabkan … menyelamatkan …
Bila tanda titik-titik yang pertama dalam kalimat itu diwakili dengan variabel X dan titik-titik yang kedua dalam kalimat yang sama diwakili dengan variabel Y, maka kalimat tersebut dapat dituliskan demikian:
menyebabkan X menyelamatkan Y
Jadi, makna gramatis kalimat יהוה הוֹשִׁיעַ , “YHWH Hôšîa” adalah :
ﺍﷲ , “Allāh” menyebabkan X menyelamatkan Y
Perhatikan, kalimat sederhana yang hanya terdiri dari subjek dan predikat dalam bahasa Ibrani (lihat kalimat (i)) punya makna yang perlu dijabarkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kalimat majemuk setara yang terdiri dari dua subjek, dua predikat, dan satu objek.
Siapakah X yang menyelamatkan? Siapa pula Y yang diselamatkan?
Untuk mengetahui hal itu, kita perlu memperhatikan penjelasan dari sang empunya nama, yaitu Isa Almasih (Yesus Kristus) itu sendiri.
και εαν τις μου ακουςη των ρηματων και μη φυλαξη εγω ου κρινω αυτον˙ ου γαρ ηλθον ινα κρινω τον κοσμον, αλλ ινα σωσω τον κοσμον
“aDan jikalau orang mendengar perkataan-Ku (Ku=Isa) bdan tidak melakukannya, cAku (Isa) tidak menghakiminya sekarang, dkarena sekarang ini Aku (Isa) datang ebukan supaya menghakimi dunia,fmelainkan supaya Aku (Isa) menyelamatkan dunia”
(Yohanes 12 : 47).
Ayat 47f αλλ ινα σωσω τον κοσμον, “melainkan supaya Aku (Isa) menyelamatkan dunia” menunjukkan bahwa sang “Aku” menyelamatkan dunia. Kata “Aku” dalam ayat tersebut menunjuk kepada Isa Almasih sebagaimana ditunjukkan dalam Yohanes 12:44 : a Ιησους δε εκραξν και ειπεν, “Tetapi Yesus berkata dan berseru”. Artinya, variabel X dalam kalimat itu adalah Isa Almasih. Jadi, kalimat dapat dituliskan jadi :
Ayat 47f αλλ ινα σωσω τον κοσμον, “melainkan supaya Aku (Isa) menyelamatkan dunia” juga menunjukkan pihak yang diselamatkan, yaitu: τον κοσμον “dunia”. Jadi, variabel Y dalam kalimat (vii) itu adalah dunia, sehingga kalimat tersebut menjadi :
Kalimat (viii) dapat dituliskan tanpa analisis sintaksis sebagai berikut:
ﺍﷲ , Allah telah menyebabkan عِيسٰى , Isa menyelamatkan dunia
יהוה, YHVH telah menyebabkan יֵשׁוּעַ , Yesus menyelamatkan dunia
Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa arti nama יְהוֹשֻׁעַ alias عِيسٰى, (Isa, Yesus) adalah bahwa “TUHAN Yang Satu dan Sejati telah menyebabkan Isa menyelamatkan dunia.” Arti nama yang panjang itu seringkali disingkat jadi: “YHVH menyelamatkan (melalui Yesus)” atau “YHVH adalah keselamatan”.
Nama Isa, Yesus ini juga sama dengan nama Yosua (penerus Musa) yang juga memiliki nama asli יְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua” (bahasa Ibrani) dan diserap dari Ιησους, “Iēsous” (bahasa Yunani), melalui “Josue” (bahasa Latin)—berbeda dengan Yesus yang diserap menjadi “Iesus” (bahasa Latin); sehingga artinya menjadi “YHVH menyelamatkan (melalui Yosua)”. Nama יהושע , “Yəhôšua” ini mirip dengan ישעיה, “Yəšayahu”, Yesaya, hanya saja kombinasinya terbalik, yaitu יָשַׁע , “YāŠa’” dan יה, “YHVH”, yang secara literal berarti “menyelamatkanlah YHVH (melalui Yesaya)”, “Keselamatan adalah YHVH”.
Kemudian, dari nama ini dan ramalan-ramalan yang tertulis dalam Kitab Suci yang diberikan kepada umat Yahudi, muncul sebutan bagi seorang pemilik nama ini yang lahir di Bethlehem dari seorang perawan :
Juruselamat dunia (world savior) atau Juruselamat (savior)
Alquran pun bercerita mengenai datangnya seorang Juruselamat (Almasih) yang bernama Isa sesuai yang dijanjikan dalam kitab-kitab sebelumnya :
QS Al-Imran (3) ayat 45
(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: "Hai Maryam, seungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),
MENGENAI GELAR ALMASIH
Kata “Almasih” dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yaitu dari kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ”. Lawan dari gelar اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” adalah gelar اَلْمَسِيحْ اَلْدَّجَّالْ , “Al Mašîḥ Ad-Dajjāl” atau Almasih Palsu atau Anti-Almasih. Gelar اَلْمَسِيحْ اَلْدَّجَّالْ , “Al Mašîḥ Ad-Dajjāl” tentu saja sangat berbeda dan sangat berlawanan dengan gelar mulia اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ”.
Umat Almasih Arab telah mengenal dan mempergunakan kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” jauh sebelum kelahiran sang Nabi yang dijanjikan, Muhammad (571 M). Ini dibuktikan oleh prasasti Abraha yang ditemukan di Arab Selatan dan yang berasal dari tahun 525 M-553 M. Terjemahan baris pertama prasasti tersebut sebagai berikut :
“Di dalam kekuatan Ar-Rahman dan Almasih
Raja Abraha Zibman, Raja Saba’a, Zuridan, dan Hadrmaut.”
Selama lebih dari 1500 tahun, kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” digunakan sebagai padanan dan terjemahan kata הַמָּשִׁיחַ , “Hammāšîaḥ” dalam bahasa Ibrani, משִׁחָא , “Mšîḥō” dalam bahasa Aram-Palestina, atau ο χριστος “ho Khristos” dalam bahasa Yunani. Hal ini sangat terlihat ketika kata ini selalu disandingkan dengan nama “Isa” dalam berbagai bahasa yang disertai gelar “Almasih”. Berikut adalah perubahan nama Isa Almasih atau Yesus Kristus dalam beberapa bahasa dunia :
Suatu kata digunakan untuk menerjemahkan kata dari bahasa lain karena adanya kesamaan makna. Misal, kata “kursi” digunakan untuk menerjemahkan kata “chair” (bahasa Inggris) karena kata “kursi” dalam bahasa Indonesia memiliki kesamaan makna dengan kata “chair” dalam bahasa Inggris.
Kasus yang sama juga terjadi pada kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ”. Kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” digunakan untuk menerjemahkan kata הַמָּשִׁיחַ , “Hammāšîaḥ” (bahasa Ibrani), משִׁחָא , “Mšîḥō” (bahasa Aram-Palestina), atau ο χριστος, “ho Khristos” (bahasa Yunani) ke dalam bahasa Arab karena kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” dalam bahasa Arab memiliki kemiripan pelafalan dengan kata הַמָּשִׁיחַ , “Hammāšîaḥ” dalam bahasa Ibrani, משִׁחָא “Mšîḥō” (bahasa Aram-Palestina), dan kesamaan makna dengan kata ο χριστος, “ho Khristos” (bahasa Yunani).
Kata הַמָּשִׁיחַ , “Hammāšîaḥ” yang menjadi asal kata اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” (bahasa Arab) sendiri berasal dari kata מָּשִׁיחַ yang artinya “mengurapi, “mengoles dengan minyak”. Gelarהַמָּשִׁיחַ , “Hammāšîaḥ” telah dipakai oleh nabi-nabi Israel sebelum Isa untuk meramalkan kedatangan seorang Raja Penyelamat bagi bangsa Israel dan kaum beriman. Karena itu, gelar הַמָּשִׁיחַ , “Hammāšîaḥ” atau اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” pun sering diterjemahkan menjadi “Juruselamat”. Jika juruselamat (orang yang diurapi) lain adalah para raja dan imam yang secara tradisional dinobatkan dengan pengurapan minyak suci, maka Isa Almasih, dalam Kitab Suci, secara revolusioner diurapi oleh Allah sendiri. Karena itulah kita hanya bisa menemukan satu اَلْمَسِيحْ , “Al Mašîḥ” (Juruselamat) dalam Kitab Suci yaitu عِيسٰى اَلْمَسِيحْ , “`Κâ Al Mašîḥ” (Yesus Kristus).
KESIMPULAN
Tidak ada perbedaan yang berarti dalam penyebutan nama “Isa” dan “Yesus”. Bahkan kedua nama ini sebenarnya adalah identik tanpa perbedaan. Hanya saja, bahasa asal dari kedua nama ini memang berbeda. Yang satu berasal dari bahasa Arab kuna, dan yang satu lagi berasal dari bahasa Yunani umum. Padahal nama kedua nama yang diserap ke dalam baik bahasa Arab maupun bahasa Yunani tersebut pun aslinya sama-sama kata serapan dari bahasa Aram-Ibrani. יְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua”, Yehoshua, itulah nama asli dari tokoh kontroversial yang disebut Isa oleh umat muslim dan Yesus oleh umat kristiani itu. Nama pendeknya adalah יֵשׁוּעַ, “Yēšûa”, Yeshua—seperti Alexander yang memiliki nama pendek Alex.
Adalah salah jika masing-masing kubu mempertahankan pendapatnya bahwa nama عِيسٰى “`Κ┠(bahasa Arab) atau Ιησους “Iēsous” (bahasa Yunani) itu adalah nama asli—dengan alasan bahwa Kitab Suci tidak mungkin salah menyebut nama. Kata عِيسٰى “`Κâ”, Isa, dalam bahasa Arab sendiri tidak mengambilnya langsung dari tidak mengambil dariיְהוֹשֻׁעַ , “Yəhôšua” atau dari nama pendeknya יֵשׁוּעַ, “Yēšûa” (bahasa Aram Barat-Ibrani), tetapi merupakan serapan dari ܝܼܫܘܿܥ, “Κô” (bahasa Arab Timur). Artinya, tidak ada lagi alasan bagi pihak manapun untuk mengklaim bahwa nama yang mereka gunakanlah yang paling benar.
Melihat bukti akan persamaan nama antara “Isa” dan “Yesus”, maka dapat disimpulkan pula bahwa pemilik dua nama ini juga bisa dipastikan adalah sosok yang sama. Perbedaan pemakaian nama Isa dalam Alquran dan Yesus dalam Alkitab, hanya masalah kesalahpahaman bahasa yang ternyata memang bisa ditelusuri melalui pendekatan linguistik seperti yang telah dipaparkan sebelumnya.
Bagaimanapun, semoga tulisan ini bisa sedikit meredakan konflik antara pihak muslim dan kristiani dan membuat masing-masing pihak mau lebih menghormati dan mengerti keyakinan satu sama lain. Jangan sampai, karena ketidaktahuan, kita menolak dan menghujat sang Juruselamat yang dimuliakan oleh ALLAH (YHVH) itu.
Yesus dan Hukum Taurat
Apakah yang disebut Kitab Taurat ?
Taurat
adalah merupakan kumpulan lima buah Kitab yang kemudian dikenal sebagai
dikarang oleh Musa yang sekarang diterima oleh Umat Kristen sebagai
lima Kitab pertama dalam Perjanjian Lama. Ke-lima Kitab itu ialah:
Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulang-tutur (Ulangan). Di dalam
Kitab Taurat memuat Kisah penciptaan bumi langit, sejarah manusia
pertama, panggilan Tuhan kepada Ibrahim, riwayat keturunan Ishak yang
kemudian dikenal sebagai bangsa Israel, perbudakan bangsa Israel oleh
Bangsa Mesir, panggilan Tuhan kepada Musa untuk menyelamatkan Bangsa
Israel juga memuat tentang hukum-hukum moral yang wajib ditaati oleh
Bangsa Israel.
Apakah
tugas Yesus sehubungan dengan Hukum Taurat? Yesus sendiri menegaskan
misinya: "Janganlah kamu menyangka, bahwa AKU datang untuk meniadakan
hukum Taurat atau Kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya,
melainkan untuk menggenapinya. Karena itu aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau
satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya
terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum
Taurat, sekalipun yang paling kecil dan mengajarkan demikian, ia akan
menduduki tempat yang paling rendah dalam Kerajaan Sorga" (Mateus 5:
17-19).
Salah
satu HUKUM TAURAT ialah tentang SUNAT. Sunat dalam Hukum Taurat
dipandang sebagai satu perjanjian dengan Tuhan. Hal ini dapat kita baca
dalam Perjanjian Lama. "Lagi firman Allah kepada Ibrahim: -Dari fihakmu,
engkau harus memegang perjanjian-KU, engkau dan keturunanmu
turun-temurun. Inilah perjanjian-KU, yang harus kamu pegang, perjanjian
antara AKU dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara
kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatannya dan itulah akan
menjadi tanda perjanjian antara AKU dan kamu" (Kejadian 17: 9-11).
Sunat, yang dipandang oleh Tuhan sebagai tanda perjanjian antara Tuhan
dan Ibrahim (serta keturunannya) telah dianggap sesuatu yang tidak ada
gunanya oleh Paulus. "Sunat memang ada gunanya, jika engkau menaati
Hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu
tidak ada lagi gunanya. Jadi jika orang yang tak bersunat memperhatikan
hukum Taurat, tidakkah ia dianggap sama dengan orang yang telah sunat ?"
(Surat Paulus kepada orang Kristen di Rom 2: 25-26).
Ternyata
Paulus begitu pandai sekali memutar-balikkan kalimat. Bagaimana mungkin
orang yang tak bersunat bisa dikatakan memperhatikan Hukum Taurat, jika
Sunat itu sendiri merupakan suatu kewajiban dari Hukum Taurat? Kalau
kita perhatikan ucapan Yesus di atas, maka kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa: Paulus akan menduduki tempat yang paling rendah dalam
Kerajaan Allah. Paulus dapat dianggap penyesat dari Hukum Taurat yang
Yesus sendiri tidak berani merubahnya.
Kita
ambil contoh lain dari begitu banyak Hukum Taurat yang dilanggar oleh
murid-murid Yesus sendiri, Hukum itu ialah tentang hukum hari Sabat.
"Katakanlah kepada orang Israel, demikian: Akan tetapi hari-hari
Sabat-KU harus kamu pelihara, sebab itulah peringatan antara AKU dan
kamu, turun-temurun, sehingga kamu mengetahui, bahwa Aku-lah TUHAN, yang
menguduskan kamu.
Haruslah
kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari Kudus bagimu; siapa yang
melanggar kekudusan hari Sabat, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap
orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus
dilenyapkan dari antara bangsanya. Enam hari lamanya boleh dilakukan
pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari
perhentian penuh, hari kudus bagi Tuhan; setiap orang yang melakukan
pekerjaan pada hari Sabat, pastilah ia dihukum mati" (Kejadian 31:
l3-15). Hari Sabat dan segala kekudusannya yang sudah begitu tinggi
ditegaskan oleh Tuhan sampai-sampai kepada siapa yang melanggar ancaman
hukumannya adalah mati, telah dilanggar sendiri oleh para murid Yesus
dengan memetik gandum pada hari Sabat (Mateus 12: 2). Akan kita menaruh
hormatkah kepada mereka yang melanggar hukum Taurat padahal guru mereka
sendiri mengatakan bahwa kedatangan-NYA bukan untuk merubah hukum Taurat
melainkan untuk menggenapinya.
Kita
kembali pada pertanyaan: Siapakah Penolong yang datang sesudah Yesus?
Pauluskah? Sekarang kita sendiri dapat menjawab dengan tegas bahwa
Penolong yang dimaksud oleh Yesus yang akan datang sesudah beliau adalah
bukan PAULUS, karena Paulus telah menyelewengkan salah satu hukum
Taurat tentang sunat yang oleh Yesus orang semacam Paulus dikatakan
sebagai orang yang paling rendah dalam Kerajaan Allah.
Wassalam,
" EG "
Trinitas Misteri Yang Tak Pernah Bisa Terpecahkan
Kemelut ajaran paganisme yang sudah bercampur baur kedalam pengajaran asli Isa al~Masih memang memunculkan berbagai perdebatan hebat disepanjang sejarah agama Kristen, tidak kurang dari ratusan ribu orang yang menolak menerima Kristen Trinitas sebagai akidahnya telah dihukum bakar atau diakuisisi oleh pihak gereja diabad-abad kelamnya. Dari sini mungkin kita perlu juga sedikit banyak mendalami apa sebenarnya yang telah membuat jurang yang cukup lebar antara pengajaran Tauhid Isa kepada bangsa Israel dengan pengajaran Trinitas oleh sejumlah pihaknya.
Telah umum dalam pemahaman orang-orang Kristen bahwa Tuhan dikonsepkan menjadi tiga oknum, yaitu Tuhan Bapa (God the Father), Tuhan anak (Jesus the Christ) dan Tuhan Roh Kudus (The Holy Spirit). Dan ketiga-tiga oknum ini didalam keyakinan mereka merupakan sehakikat dan satu dalam kesatuannya. Adanya kehadiran Jesus atau Isa al~Masih yang disebut sebagai Tuhan anak (The Son of God) didalam salah satu unsur ke-Tuhanan Kristen, tidak hanya dipandang sebagai kiasan (metafora), namun lebih cenderung dalam arti yang sebenarnya. Oleh karena perkataan Tuhan anak disini digunakan dalam arti yang sebenarnya, maka perkataan "Tuhan Bapa" disini seharusnya juga digunakan pula dalam arti "Bapa" yang sesungguhnya, sebab dengan demikian pemahaman ini menjadi benar. Namun hal ini akan menjadikan suatu hal yang mustahil untuk dapat diterima oleh akal sehat !
Karena diri "anak" yang sebenarnya dari sesuatu, adalah mustahil akan memiliki suatu zat dengan diri sang "Bapa" yang sesungguhnya dari sesuatu itu juga. Sebab pada ketika zat yang satu itu disebut anak, tidak dapat ketika itu juga zat yang satu ini disebut sebagai Bapak. Begitupula sebaliknya, yaitu pada ketika zat yang satu itu disebut sebagai Bapa, tidak dapat ketika itu kita sebut zat yang sama ini sebagai anak dari Bapa itu. Ketika zat yang satu ini kita sebut sebagai Bapa, maka dimanakah zat anak ?
Tentunya kita semua sepakat bahwa kata apapun yang kita pakai dalam membicarakan Tuhan itu semata sebagai pengganti kata Dia (yaitu kata ganti yang tentu saja memang ada kata yang digantikannya), dan kata Zat dalam konteks pembicaraan kita disini bukanlah kata zat yang dapat dibagi menjadi zat zair, padat dan gas namun lebih kepada esensi wujud-Nya. Oleh karena dunia Kristiani memiliki konsep pluralitas Tuhan dalam satu zat, maka disini telah terjadi suatu dilema yang sukar dan untuk menjawab hal ini, mereka selalu melarikan diri pada jawaban "Misteri Tuhan yang sulit diungkapkan." Suatu pernyataan yang mencoba menutupi ketidak berdayaan penganut Kristen didalam memberikan pemahaman mengenai doktrin keTuhanan mereka yang bertentangan dengan akal sehat.
Disatu sisi mereka memberikan kesaksian akan ke-Esaan dari Allah, namun pada sisi lain mereka juga dipaksa untuk menerima kehadiran unsur lain sebagai Tuhan selain Allah yang satu itu, logikanya adalah, jika disebut zat Tuhan Bapa lain dari zat Tuhan anak, maka akan nyata pula bahwa Tuhan itu tidak Esa lagi tetapi sudah menjadi dua (dualisme keTuhanan dan bukan Monotheisme atau Tauhid). Begitu pula dengan masuknya unsur ketuhanan yang ketiga, yaitu Roh Kudus, sehingga semakin menambah oknum ketuhanan yang satu menjadi tiga oknum yang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga mau tidak mau pengakuan tentang ke-Esaan Tuhan (prinsip Monotheisme) akan menjadi sirna. Khusus mengenai diri Tuhan Roh Kudus sendiri, didalam al-Kitab kadangkala digambarkan sebagai api, sebagai burung dan lain sebagainya. Dan Tuhan Roh Kudus ini menurut kitab Perjanjian Lama sudah seringkali hadir ditengah-tengah manusia, baik sebelum kelahiran Isa al~Masih, masa keberadaannya ditengah para murid-murid hingga masa-masa setelah ketiadaan Isa paska penyaliban. Dan menghadapi hal ini, kembali kita sebutkan bahwa unsur Tuhan sudah terpecah kedalam tiga zat yang berbeda. Sebab jika tetap dikatakan masih dalam satu zat (satu kesatuan), maka ketika itu juga terjadilah zat Tuhan Bapa adalah zat Tuhan anak kemudian zat Tuhan anak dan zat Tuhan Bapa itu adalah juga zat dari Tuhan Roh Kudus. Pertanyaannya sekarang, sewaktu zat yang satu disebut Bapa, dimanakah anak ?
Dan sewaktu zat yang yang satu disebut sebagai Tuhan anak, maka dimanakah Tuhan Bapa serta Tuhan Roh Kudus ? Oleh sebab itu haruslah disana terdapat tiga wujud Tuhan dalam tiga zat yang berbeda. Sebab yang memperbedakan oknum yang pertama dengan oknum yang kedua adalah 'keanakan' dan 'keBapaan'. Sedang anak bukan Bapa dan Bapa bukan anak !
Jadi nyata kembali bahwa Tuhan sudah tidak Esa lagi. Oleh karena itulah setiap orang yang mau mempergunakan akal pikirannya dengan baik dan benar akan menganggap bahwa ajaran Trinitas, bukanlah bersifat Monotheisme atau meng-Esakan Tuhan melainkan lebih condong kepada paham Polytheisme (sistem kepercayaan banyak Tuhan). Dengan begitu, maka nyata sudah bahwa ajaran itu bertentangan dengan ajaran semua Nabi-nabi yang terdahulu yang mengajarkan bahwa Tuhan itu adalah Esa dalam arti yang sebenarnya.
Kita dapati dari kitab Perjanjian Lama, Perjanjian Baru (khususnya 4 Injil) sampai kepada kitab suci umat Islam yaitu al-Qur'an, tidak didapati konsep pluralitas ketuhanan sebagaimana yang ada pada dunia Kristen itu sendiri. Pada masanya, Adam tidak pernah menyebut bahwa Tuhan itu ada tiga, demikian pula dengan Abraham, Daud, Musa, dan nabi-nabi sebelum mereka sampai pada Isa al~Masih sendiri juga tidak pernah mengajarkan asas ke-Tritunggalan Tuhan, apalagi dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Lebih jauh lagi bila kita analisa konsep Trinitas ini menyebutkan bahwa oknum Tuhan yang pertama terbeda dengan Ke-Bapaan, karena itu ia disebut sebagai Tuhan Bapa (Dia dianggap sebagai Tuhan yang lebih tua), sementara oknum Tuhan kedua terbeda dengan Keanakan yang lahir menjadi manusia bernama Isa al~Masih dalam pengertian singkatnya bahwa Tuhan anak baru ada setelah adanya Tuhan Bapa, karena itu ia disebut sebagai sang anak. Hal yang paling menarik lagi adalah tentang oknum Tuhan ketiga yaitu Roh Kudus yang justru terbeda sifatnya dengan keluarnya bagian dirinya dari Tuhan Bapa dan Tuhan anak, sehingga Bapa bukan anak dan anak bukan pula Bapak atau Roh Kudus.
Apabila sesuatu menjadi titik perbedaan sekaligus titik keistimewaan pada satu oknum, maka perbedaan dan keistimewaan itu harus juga ada pada zat oknum tersebut. Misalnya, satu oknum memiliki perbedaan dan keistimewaan menjadi anak, maka zatnya harus turut menjadi anak. Artinya zat itu adalah zat anak, sebab oknum tersebut tidak dapat terpisah daripada zatnya sendiri. Apabila perbedaan dan keistimewaan itu ada pada zatnya, maka ia harus adapula pada zat Tuhan, karena zat keduanya hanya satu. Oleh karena sesuatu tadi menjadi perbedaan dan keistimewaan pada satu oknum maka ia tidak mungkin ada pada oknum yang lain. Menurut misal tadi, keistimewaan menjadi anak tidak mungkin ada pada oknum Bapa.
Apabila ia tidak ada pada oknum Bapa, maka ia tidak ada pada zatnya.
Apabila ia tidak ada pada zatnya, maka ia tidak ada pada zat Allah.
Karena zat Bapa dengan zat Tuhan adalah satu (unity). Dengan demikian terjadilah pada saat yang satu, ada sifat keistimewaan tersebut pada zat Tuhan dan tidak ada sifat keistimewaan itu pada zat Tuhan. Misalnya, Tuhan anak lahir menjadi manusia. Apabila Tuhan anak menjadi manusia, maka zat Tuhan Bapa harus menjadi manusia karena zat mereka satu (sesuai dengan prinsip Monotheisme). Namun kenyataannya menurut dunia kekristenan bahwa Tuhan Bapa tidak menjadi manusia. Dengan demikian berarti zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia.
Maka pada saat zat Tuhan Allah akan disebut menjadi manusia dan zat Tuhan Allah tidak menjadi manusia, maka ini menjadi dua yang bertentangan dan suatu konsep yang mustahil. Ajaran Trinitas yang mengakui adanya Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus hanya dapat dipelajari dan dapat diterima secara baik hanya jika dunia Kristen mendefenisikannya sebagai 3 sosok Tuhan yang berbeda dan terlepas satu sama lainnya, dalam pengertian diakui bahwa Tuhan bukan Esa, melainkan tiga (Trialisme). Siapapun tidak akan menolak bahwa Tuhan bersifat abadi, Alpha dan Omega, tidak berawal dan tidak berakhir, namun keberadaan Tuhan yang menjadi anak dan lahir dalam wujud manusia telah memupus keabadian sifat Tuhan didalam dunia Kristen, karena nyata ada Bapa dan ada anak alias telah ada Tuhan pertama yang lebih dulu ada yang disebut sebagai Tuhan tertinggi dan ada pula Tuhan yang baru ada setelah Tuhan yang pertama tadi ada. Akal manusia dapat membenarkan, jika Bapa dalam pengertian yang sebenarnya harus lebih dahulu ada daripada anaknya. Akal manusia akan membantah bahwa anak lebih dahulu daripada Bapa atau sang anak bersama-sama ada dengan Bapa, sebab bila demikian adanya tentu tidak akan muncul istilah Bapa maupun anak.
Apabila Tuhan Bapa telah terpisah dengan Tuhan anak dari keabadiannya, maka Tuhan anak itu tidak dapat disebut 'diperanakkan' oleh Tuhan Bapa. sebab Tuhan Bapa dan Tuhan anak ketika itu sama-sama abadi, Alpha dan Omega, sama-sama tidak berpermulaan dan tidak ada yang lebih dahulu dan yang lebih kemudian hadirnya.
Apabila ia disebut diperanakkan, maka yang demikian menunjukkan bahwa ia adanya terkemudian daripada Bapa. Karena sekali lagi, anak yang sebenarnya harus ada terkemudian daripada Bapa yang sebenarnya. Apabila antara Tuhan Bapa serta Tuhan anak telah terbeda dari kekekalan, maka Tuhan Roh Kudus pun telah terbeda pula dari kekekalannya masing-masing, mereka bukan satu kesatuan tetapi tiga unsur yang berbeda. Kenyataan ini justru didukung penuh oleh kitab Perjanjian Baru sendiri, bukti pertama bisa kita baca dalam Injil karangan Matius pasal 3 ayat 16 sampai 17 :
Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasnya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepadanyalah Aku berkenan." – Injil Matius pasal 3 ayat 16 dan 17
Pada ayat diatas secara langsung kita melihat keberadaan tiga oknum dari zat Tuhan yang berbeda secara bersamaan, yaitu satu dalam wujud manusia bernama Isa dengan status Tuhan anak, satu berwujud seperti burung merpati (yaitu Tuhan Roh Kudus) dan satunya lagi Tuhan Bapa sendiri yang berseru dari sorga dilangit yang sangat tinggi. Dengan berdasar bukti dari pemaparan Injil Matius diatas, bagaimana bisa sampai dunia Kristen mempertahankan argumentasi paham Monotheisme didalam sistem ketuhanan mereka ? Bukti lainnya yang menunjukkan perbedaan antara masing-masing zat Tuhan didalam dunia Kristen yang semakin membuktikan keterpisahan antara Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lainnya dalam kemanunggalan mereka.
Maka kata Yesus sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. - Injil Yohanes pasal 20 ayat 21 dan 22
Ayat Injil Yohanes diatas sebagaimana juga ayat dari Injil Matius pasal 3 ayat 16 dan 17 sebelumnya, memaparkan mengenai keterbedaan zat Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus sehingga semakin jelas bahwa antara Tuhan Bapa, Tuhan anak dan Tuhan Roh Kudus tidak ada ikatan persatuan dan tidak dapat disebut Tuhan yang Esa, masing-masing Tuhan memiliki pribadinya sendiri, inilah sistem kepercayaan banyak Tuhan (Pluralisme ketuhanan) sebagaimana juga yang diyakini oleh orang-orang Yunani maupun Romawi tentang keragaman dewa-dewa mereka. Konsep ini sama dengan konsep tiga makhluk bernama manusia, ada si Arman sebagai Bapa, ada si Daffa sebagai anak dan adapula si Haura, ketiganya berbeda pribadi namun tetap memiliki kesatuan, yaitu satu dalam wujud, sama-sama manusia, tetapi apakah ketiganya sama ? Tentu saja tidak, mereka tetaplah tiga orang manusia berbeda. Tuhan Bapa, Tuhan anak maupun Tuhan Roh Kudus adalah sama-sama Tuhan namun mereka tetap tiga individu Tuhan yang berbeda, inilah sebenarnya konsep yang terkandung dalam paham Trinitas atau Tritunggal pada dunia Kristen. Untuk menjadi pemikiran lanjutan bagi kita semua, bahwa dunia Kristen Trinitas meyakini Isa al~Masih merupakan anak Tuhan sekaligus Tuhan itu sendiri yang lahir menjadi manusia untuk menerima penderitaan diatas kayu salib demi menebus kesalahan Adam yang telah membuat jarak yang jauh antara Tuhan dengan manusia.
Sekarang, bila memang demikian adanya, bisakah kita menyatakan bahwa pada waktu penyaliban terjadi atas diri Isa maka pada saat yang sama Tuhan Bapa (Allah) telah ikut tersalibkan ? Hal ini perlu diangkat sebagai acuan pemikiran yang benar, bahwa ketika Tuhan telah memutuskan diri-Nya untuk terlahir dalam bentuk manusia oleh perawan Maria maka secara otomatis antara Isa dengan Tuhan Bapa tidak berbeda, yang disebut Isa al~Masih hanyalah raga manusiawinya saja tetapi isi dari ruhnya adalah Tuhan sehingga hal ini menjadikan diri Isa pantas disebut Tuhan anak.
Dalam keadaan apapun selama tubuh jasmani Isa masih hidup dan melakukan aktivitas layaknya manusia biasa, pada waktu itu Ruh Tuhan pun tetap ada dalam badan jasmani tersebut dan tidak bisa dipisahkan, sebab jika Ruh Tuhan telah keluar dari badan kasarnya maka saat itu juga Isa al~Masih mengalami kematian, karena tubuh jasmani telah ditinggalkan oleh ruhnya. Jadi logikanya, sewaktu tubuh jasmaniah Isa disalibkan, maka zat Tuhan juga telah ikut tersalib, artinya secara lebih gamblang, Tuhan Bapa telah ikut disalib pada waktu bersamaan (sebab mereka satu kesatuan). Pada waktu tubuh jasmani Isa al~Masih bercakap-cakap dengan para murid serta para sahabat lainnya maka pada waktu yang bersamaan sebenarnya Tuhan-lah yang melakukannya dibalik wadag tersebut.
Dan sekarang bila Isa mengalami kejadian-kejadian tertentu seperti mengutuki pohon Ara karena rasa laparnya namun ia tidak menjumpai apa-apa disana selain daun (Lihat Injil Matius pasal 21 ayat 18 dan 19) maka hal ini menyatakan ketidak tahuan dari diri Isa mengenai segala sesuatu dan berimplikasi bahwa Tuhan yang mengisi jiwa dari wadag manusia Isa al~Masih itupun bukanlah Tuhan yang sebenarnya, sebab ia tidak bersifat maha mengetahui sedangkan pencipta alam semesta ini haruslah Tuhan yang mengenal ciptaan-Nya sekalipun itu dalam wujud makhluk paling kecil dan hitam yang tidak tampak secara kasat mata berjalan pada malam yang paling kelam sekalipun.
Dan pada waktu Isa merasa sangat ketakutan sampai peluhnya membasahi sekujur tubuhnya bagaikan titik-titik darah yang berjatuhan ketanah seperti ditulis oleh Injil Lukas pasal 22 ayat 44, maka pada saat yang sama kita menyaksikan Tuhan yang penuh kecacatan, betapa tidak, Tuhan justru frustasi dan kecewa sampai Dia mau mati (Lihat Injil Matius pasal 26 ayat 38) akibat ketakutan-Nya kepada serangan para makhluk ciptaan-Nya sendiri yang seharusnya justru menjadi lemah dan bukan ancaman menakutkan dimata Tuhan. Dan didetik-detik tersebut kita dapati pada Injil Matius pasal 26 ayat 36 sampai 39 Isa telah memanjatkan doa yang ditujukan kepada Tuhan. Sungguh suatu kejanggalan yang sangat nyata sekali, betapa Tuhan telah menjadi makhluk dalam bentuk manusia dan Tuhan itu masih memerlukan bantuan dari pihak lain (dalam hal ini Tuhan itu butuh bantuan Tuhan juga), disinilah sebenarnya kita melihat kenyataan bahwa Isa al~Masih itu sendiri bukan Tuhan, dia hanyalah makhluk dan sebagai makhluk maka seluruh dirinya terlepas dari unsur-unsur ketuhanan, baik jasmani maupun rohaninya. Karena itu dia pasti membutuhkan bantuan Tuhan yang sebenarnya, Tuhan yang Maha Tahu, Tuhan yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu dari ciptaan-Nya serta Tuhan yang Maha Gagah.
Doktrin kemanunggalan Isa al~Masih dengan Tuhan, memang sungguh layak untuk bisa dikaji ulang, kalimat keanakan Tuhan yang dilekatkan padanya jelas bukan bahasa metafora. Dalam banyak kitab dan pasal pada Perjanjian Baru, kita sebut saja misalnya Injil Matius pasal 26 ayat 64, Kisah Para Rasul pasal 7 ayat 55 dan 56, Kitab Roma pasal 8 ayat 34 dan sebagainya telah disebut bahwa Isa al~Masih sebagai Tuhan anak telah duduk disebelah kanan Tuhan Bapa, artinya mereka berdua (antara Tuhan Bapa dengan Tuhan anak) merupakan dua Tuhan yang berbeda, bukankah semakin jelas kita melihat ada dua Tuhan dan bukan satu Tuhan, dan jika paham satu Tuhan disebut sebagai Tauhid atau Monotheisme maka sistem banyak Tuhan (lebih dari satu Tuhan) disebut sebagai Pluralisme Tuhan atau Polytheisme. Inilah bukti yang bisa kita persembahkan kepada golongan yang masih menerima Isa sebagai Tuhan dan menganggapnya sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Kita bukan hendak menghujat ataupun melakukan bentuk penistaan terhadap ajaran maupun keyakinan agama lain, namun disini kita mencoba menyampaikan kebenaran melalui kalimat dan bukti-bukti yang bisa ditelaah dan dipelajari secara obyektif oleh setiap orang. Islam melarang umatnya untuk melakukan pelecehan agama manapun, kita akan tetap menghormati mereka meskipun menolak apa yang sudah disampaikan. Kiranya buku ini bisa mendatangkan hikmah dan hidayah bagi setiap pembacanya dan bukan malah memunculkan polemik baru yang akan semakin memecah belah rasa persaudaraan antar iman di Indonesia.
Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. -Qs. 16 an-Nahl :125
Isa al~Masih hanyalah seorang Rasul
Secara abstrak, Tuhan memang meliputi segala sesuatunya namun kalau Dia sudah didoktrinkan menjadi terbatas (yaitu tersekat kedalam daging) sebagaimana pernyataan orang-orang Kristiani terhadap sosok Isa al~Masih, maka artinya Tuhan dengan menjadi daging itu telah tunduk dengan segala keterbatasannya, maka tentunya ini tidak bisa disamakan lagi dengan konsepsi kemaha kuasaan Allah
Prof.Robert F.Shedinger : Yesus Kristus Seorang Muslim?
Amerika (voa-islam.com) Profesor Robert F.Shendinger, ahli agama di College Luther di Iowa, membuat klaim yang kontroversial, di mana dalam buku barunya, mengatakan bahwa bahwa Yesus Kristus adalah seorang Muslim.
Shedinger yang akan merilis bukunya, awal tahun depan, dan ia memulai dengan sebuah pertanyaan, "Apakah Yesus seorang Muslim?" "Saya akan menjawab dengan : ya, dan dengan sangat memenuhi syarat ilmiah," tulisnya.
Ketika itu, musim semi tahun 2001, Shedinger ditanya tentang ajaran Islam oleh salah seorang siswa yang dibesarkan dalam keluarga Muslim, menurut sebuah laporan Fox.
Para mahasiswi di College Luther Iowa, mengatakan kepada Shedinger bahwa cara ia menyampaikan Islam kepada murid-muridnya berbeda dengan agama yang selama ini mereka yakini. Di mana mereka dibesarkan dilingkungan Kristen.
Shedinger mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa pandangannya tentang Islam, kemudian memotivasinya untuk benar-benar berpikir ulang tentang seluruh konsep agama Kristen, dan cara menerapkan ajarannya.
Shedinger, yang menjadi kepala departemen studi agama di Luther College di Iowa, juga berpendapat bahwa Islam lebih cocok bagi Yesus. Karena Islam bukan agama, tetapi sebuah "gerakan keadilan sosial," cetusnya kepadea Fox.
"Saya harus memikirkan kembali apakah Islam itu ... Saya sampai pada kesimpulan bahwa itu adalah gerakan keadilan sosial, dan saya pikir siapa Yesus itu? Sehingga saya menyimpulkan Yesus lebih seperti seorang Muslim," katanya.
Buku Shedinger juga membahas hubungan antara Kristen dan Muslim dan bagaimana mereka dapat "bekerja sama untuk mempromosikan keadilan sosial di dunia", tukasnya.
Memang, orang Kristen banyak yang bingung, karena ajarannya tidak rasional penuh dengan teka-teki. "Tiga satu, satu tiga". Kristen agama teka-teki. Agama kemusyrikan, dan para penganut pagan ini, pasti akan menghadapi jalan buntu, atau menjadi murtad dari agamanya, karena Kristen tak dapat memberikan jawaban bagi kehidupan modern.
Dogma ajarannya sudah sangat kedaluwarsa. Maka tak heran di Barat, Eropa dan Amerika, kecenderungan mereka semakin atheis, dan masuk dalam kelompok-kelompok "cult" (pemujaan), dan beralih menjadi gerakan sosial. Mereka lebih melihat Islam, sebagai nilai-nilai yang lebih cocok dengan pemikiran mereka. Maka sampai mengatakan bahwa Yesus itu, hakekatanya seorang Muslim.mi
Sumber: Voa-Islam.com
Langganan:
Postingan (Atom)